Daftar Blog Saya

Jumat, 28 Januari 2022

RISHA , CATATAN KECIL DI BELAKANG LAYAR (3) KAMPUNG DERET PETOGOGAN

 

Senja di Petogogan , 2013-2014

Kampung Deret Petogogan, rumah RISHA


Teknologi Risha ,mungkin hanya sebuah karya sederhana  , namun  lahir  dari  proses pemikiran panjang dan perhitungan  yang rumit . Dirancang   dengan  sepenuh hati , segenap kalbu .  Untuk menebar manfaat dan kebaikan. 

Memperhatikan prinsip yang menyeluruh, termasuk harga produksi direncanakan  seefisien mungkin. 

Jumat  petang  10 Januari 2014.  Langit Jakarta tidak terlalu cerah, tidak juga meredup.. Jalan Wijaya I , Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Itu  tempat kami memarkir mobil.

Menyusuri lorong  menuju  bakal kampung deret dibangun. Sepanjang lorong tersebut tampak kasur, ranjang, bufet, kursi, meja, yang dibungkus terpal. Katanya, milik penduduk yang rumahnya tengah dibedah.

Sebelumnya hamparan lahan milik pemerintah ini  adalah perkampungan padat  tak beraturan. Bangunan kumuh yang menempel pada tembok-tembok belakang  gedung yang mukanya  menghadap ke jalan Wijaya I , Petogogan.

Bangunan lama yang kumuh tak beraturan sudah diratakan dengan tanah.

Petogogan, diratakan dengan tanah, sebelum menjadi Kampung Deret Petogogan 
Perencanaan , Site Plan  untuk menata Kampung Deret Petogogan 

Arief Sabaruddin , koordinasi  langsung dengan masyarakat di lapangan , memberikan arahan kepada Pak RW /RT, juga konsultan serta warga, secara berkala di lapangan.  Agar pelaksanaan berjalan baik dan lancar. Selalu menjalin dialog , pendekatan-pendekatan di lapangan. Proses Peremajaan  Kampung Deret Petogogan  menggunakan Teknologi RISHA.

 

 

Memantau rutin  penataan kawasan kumuh Petogogan yang menggunakan Teknologi Risha , Arief Sabaruddin , secara berkala hadir ke lapangan,  

Di pelataran  bekas runtuhan rumah-rumah RW 05 inilah tampak  ‘berantakan’. Panel-panel beton  dengan ukuran terstandar, disusun di berbagai sudut. Rangkaian kolom bangunan instan, yang tengah dirakit. Panel tersebut diproduksi oleh aplikator RISHA.

Mendung tiba-tiba semakin tebal di langit Kebayoran Baru Jakarta Selatan.  Tak menyurutkan langkah kami mengitari kawasan  padat di tengah area strategis ini.

Peluncurannya,memulai pembangunan   Kampung Deret Petogogan ini,  pada  tanggal 31 Oktober  2013.  Oleh Gubernur DKI Jaya yang sekarang presiden RI, Joko Widodo.


Pak Jokowi saat sebagai Gubernur DKI , tahun 2013 , meresmikan saat awal dimulai Kampung Deret Petogogan, dengan  memasang  baut pada panel RISHA

Saat itu  musim hujan   menggempur Jakarta. Musim banjir seperti sudah berjalan sejak puluhan tahun. Tentu ini tak mudah dalam  merealisasi  penataan kawasan kumuh.  Apalagi jalan Kampung Pulo Petogogan, langganan banjir.

Setelah diresmikan akan dimulainya  bangunan oleh Gubernur DKI kala itu, Joko Widodo,  namun realisasinya tak serta merta bisa dimulai  .   Banyak kendala yang harus dibenahi, seperti  penghuni rumah harus mengalihkan dulu huniannya ke tempat sewaan  lain. Atau mungkin menumpang di sanak familinya. Mereka harus memindahkan barang-barang dan menempatkannya di tempat aman.

Terus semangat , tak pernah surut.  Terus bekerja, memantau, turun langsung ke lapangan.

Setelah membongkar bangunan, harus ada pembersihan dari bekas bongkarannya. Berangkal tidak bisa dibiarkan di hamparan calon Kampung Deret Petogogan.

Perencanaan di kawasan terbatas harus lebih jeli dan matang. Di mana septiktank komunal di tempatkan, rencana tapak agar pencahayaan rumah  dan sirkulasi akan baik adanya. Rencana taman sebaiknya diposisikan dimana. Koordinasi penting, untuk semua yang terlibat di sini. Koordinasi di lapangan adalah kunci untuk mengakomodir semua kepentingan seara bijak. Sebagai jalan mereduksi  konflik yang selalu muncul di lapangan, pada semua proses pelaksanaan konstruksi dan pembangunan.

Menyusuri   ke kawasan padat ini adalah keharusan jika rencana Kampung Deret Petogogan  bisa direalisasikan  sesuai harapan.  Agar mimpi kawasan sehat nyaman meski sederhana, dapat diraih.

Dulu di sini berdesakan bangunan-bangunan kumuh ,  semi permanen dan permanen, dengan lorong sempit tanpa aturan.

Sesering mungkin  memantau  langsung ke lapangan juga keharusan. Memahami ilmu teknik di bidang bangunan (arsitek dan teknik sipil) juga keharusan. Seorang yang mengawasi, menangani, dan  terjun  dalam  bidang perumahan dan permukiman, laiknya menguasai bidangnya, disiplin ilmu juga sesuai bidang bangunan.

 

penataan kawasan kumuh  Petogogan 2013


Sangat perlu terjun langsung mengukur di lapangan. Agar realisasi rencana  tapak berjalan benar dan baik. Seorang yang berkutat dalam bidang bangunan, perencanaan,  sejatinya menguasai  kawasan. Baik secara fisik dan keilmuan (teknik bangunan) , maupun secara psikologi sosial .

Merencanakan semua ini , butuh kemampuan yang komprehensif , memahami budaya, sosiologi, dan psikologi masyarakat. Sehingga desain yang direncanakan, akan menyentuh segala aspek. Sehingga terwujudlah desain  dan realisasi yang dapat  mengantar penghuninya, menjadi sumber daya manusia harapan bangsa.

Saat pelaksanaan,  pak suami ikut menyingsingkan lengan baju, berkutat dalam terik mentari atau hujan, seperti juga dilakukan yang para pekerja kasar. Itu memang terjadi. 

Saya mendampingi seseorang (pak suami ) yang melakukan semua itu. Namun, tidak perlu cemas. Karena sebelumnya, saya selalu siap di belakang layar, menyertai doa dan semangat. Karena  tekad dan harapan kuat,   t memberikan yang terbaik dan manfaat bagi masyarakat negeri ini, bangsa dan negara, . Sebagai abdi negara,  Niat , dari situlah kekuatan bermula. 

Ada penanaman pohon produktif, ada penghijauan, dan ada taman. Taman sebagai penyejuk dan oase di  tengah RW 05 ini. RT 008, RT010, RT011, RT 012. Rumah  yang dibangun nanti akan dilengkapi dengan sirkulasi udara yang layak dan sehat. Pencahayaan yang memadai. Karenanya jarak dan lorong pemisah antar rumah diatur sedemikian rupa.

Senja, warga dapat saling berjumpa di taman. Anak-anak ceria bermain di tempat yang nyaman. Inilah mimpi kami , bagi perumahan masa depan. Perumahan, yang paling harus mendapat kepedulian...adalah rumah bagi mereka yang berpenghasilan rendah. MBR. 


 

Secangkir Kopi Hangat , Semanis  Mimpi bagi  Rumah Rakyat

Panel-panel RISHA yang diangkut dari Bandung sudah menumpuk di sebuah sudut. Sebagian sudah dirakit. Memang  butuh ketelitian dalam pelaksanaan  lebih dari seratus rumah ini dibangun.

Bukannya tanpa kendala. Berhadapan dengan masyarakat ada seninya , harus dengan hati . Berhadapan dengan aplikator RISHA, yang  seperti biasa perlu kesabaran super tinggi. Berhadapan dengan masalah yang ada di lapangan. Berurusan dengan segala  problem dalam koordinasi, a-z segala aspek,  dan pemangku berbagai kepentingan.

Apapun masalahnya, butuh ketekunan, kesabaran dan  komitmen tinggi. Berkejaran dengan waktu dan musim hujan deras dan banjir yang kerap menghentikan aktifitas.

Betul, harga Rumah RISHA mudah terukur harganya.  Satu rumah dua lantai, mendapat bantuan  Rp 54 juta . Luasnya petaknya rata-rata 3x6 m2.  Uang diberikan langsung kepada warga. Lalu mereka yang rumahnya siap diremajakan, menyetor ke koordinator, ketua RW. Maka, dana tersebut nantinya dibayarkan kepada aplikator  secara cicilan .

Senja di Kawasan Kampung Pulo, Petogogan. Saya menyusuri  panel-panel RISHA yang menggantikan kolom. Berbaris rapih. Setiap rumah didesain agar menjadi rumah sehat, dengan septitank, dan sanitasi yang  sedemikian rupa. Saluran-saluran air  bersih dan kotor diatur sedemikian rupa. Agar tercipta permukiman sehat.

Senjaa di Petogogan, Kampung Deret Petogogan  saat proses membangun rumah instan sederhana sehat (RISHA), saya mendampingi pak suami, Arief Sabaruddin, di akhir pekan , dari Bandung ke Jakarta, untuk terus memantau  proses terbangunnya rumah-rumah RISHA.  

Bekerja di lapangan, bidang konstruksi, memang bisa   ketar ketir atau juga  panik. Berkejaran dengan waktu.  Masalah lapangan , dalam proses pembangunan rumah  tidak sesederhana  yang dibayangkan awam. Yang pernah berkecimpung di lapangan, pasti mengertilah.

Anak-anak berlarian, riang gembira, sungguh hati serasa  damai. Senyum mereka, semoga masa depan lebih baik. Tumbuh di permukiman terstandar. Dengan  taman sebagai paru-paru kawasan itu. Rumah yang tadinya acak-acakan, ditata menjadi deretan rapi teratur. Di antara   tanaman dan bunga-bunga alias penghijauan.

Kalau sudah jadi nanti, semoga terealisasi pembenahan SUMBER DAYA MANUSIA  yang lebih baik, lewat permukiman yang  menyehatkan, jiwa dan raga. Sore itu beberapa tukang  rehat , karena hari sudah senja.

Saya mendampingi seseorang, yang  sibuk memantau , mengukur dan berkoordinasi dengan mandor, tukang, perwakilan aplikator, Pemda DKI.  Saya mengiringi sambil memotret. Di kejauhan tampak seseorang dari Tribun juga memotret.

Indah sekali senja itu.  Kenangan di Petogogan. Meski saat magrib menjemput, rintik  hujan seketika menjadi hujan deras. Kami pulang ke sebuah rumah di Kebayoran Lama , rumah  mertuaku. 

Bandung 2004, bertepatan dengan banjir di Kota Bandung, di kediaman kami. 

Musim rumah kebanjiran,  rumah sendiri tahun 2004. Tapi saat itulah Teknologi yang digunakan di Petogogan ini lahir atau dilaunching.

Dibalik kesulitan  ada kemudahan. Sehabis berjibaku membersihkan banjir 3 hari di rumah sendiri . Esoknya mimpi kami tentang rumah  rakyat akan terwujud.

Mimpi  agar kawasan kumuh dapat dibenahi dengan biaya murah. Mimpi agar tenaga kerja dan pengangguran dapat dilatih dan diserap dalam pabrikasi rumah.

Sehabis banjir,  (kisah banjirnya ada di sini  )seorang yang saya dampingi,  harus berangkat lebih pagi. Karena hari itu, teknologi  RISHA yang sudah terpikir dan dipikirkan sejak bertahun-tahun sebelumnya akan diluncurkan oleh 2 menteri. Tanggal 20 Desember 2004.

Akhirnya jadi juga peluncuran itu, setelah tertunda beberapa bulan. Dan setelah melewati masa pengujian di laboratorium satu-satunya di Asia Tenggara itu.  Puslitbang Permukiman Kementerian PU (waktu tu terpisah dengan Kemenpera).

 

Teknologi Risha terinspirasi LEGO dan  mainan anak yang dirakit

LEGO, inspirasi Teknologi RISHA 


Di rumah sederhana kami, itulah awal Teknologi RISHA itu diutak atik di selembar kertas. Idenya, dari mainan anak, LEGO. Digambar di atas meja gambar.  Dihitung dengan dekstop komputer kami. Lewat pemikiran yang panjang.

Screen Shoot berita dari Okezone.com , 5 Februari , 2016

Seribu satu ide meluncur pada larut malam ketika  kami berdiskusi.  Tentang masa depan rumah bagi rakyat kecil.

Seseorang yang saya dampingi, mengajak diskusi.  Untuk memberi nama teknologi ini.  Nama RISHA, memiliki  makna tersendiri  bagi kami.(Nama panggilan kesayangan dari ibundanya)

Untuk menjelaskan teknologi ini, kita perlu membuat video informasi. Dengan program Ulead, dan  koleksi lagu Kitaro. Saat hujan mengguyur Bandung. Akhirnya video itu terselesaikan.

 


Video tersebut untuk memudahkan penjelasan sistematis apa  maksud tujuan teknologi RISHA.  Lumayan juga sih, menggarap video sendiri dan saya sebagai narator. .

Ada kebanggaan  saat video buatan sendiri, dengan narator  suara sendiri,  diputar oleh Kepala Balitbang Kemen PU saat itu, Bapak Rustam Syarif (alm), seorang yang begitu bijak dan memberikan semangat.

Kebahagiaan yang sesungguhnya, adalah jika hasil karya kita bisa memberikan manfaat  kepentingan banyak orang. Senyuman bahagia bagi rakyat kecil. Manfaat yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan  ada sumbangsih dalam pemberdayaan.

 



Senja di Petogogan , Jakarta Selatan, 2014.....

Bahagia sejati, adalah jika  ide  yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Termasuk saat  korban gempa dan tsunami dapat dibantu  dengan teknologi ini. Kebahagiaan , adalah juga saat  IOM memanfaatkan karya ini bagi korban  tsunami dan gempa di Aceh .

Kebahagiaan .......   adalah saat mampu menuangkan ide, pemikiran dan karya ........ yang bermanfaat bagi  bangsa , negara dan dunia.......  Bahagia adalah saat karya  kita menjadi kontribusi bagi  banyak orang .... Secangkir kopi, bagi orang yang mendampingi saya, dalam berkarya. Teknologi yang berguna bagi masyarakat kecil utamanya. Dan saya bangga , bisa mendampingi seseorang setiap berkarya di rumah, di luar jam kantor.

Saya bangga, selalu setia menyediakan nya  secangkir kopi hangat.. Semangat untuk terus berkarya.

Saatnya merenung, sudah seberapa banyakkah  yang kami berikan dalam kehidupan. Manfaat bagi orang banyak? Bagi bangsa dan negeri tercinta ini? Sebagai abdi negara, ada kegelisahan, jika tidak mempersembahkan yang terbaik  bagi bangsa dan negara. 

Karena kebahagiaan sejati, ketika  pemikiran ,  ide  dan karya kerja berguna bagi orang lain. Orang lain  maju karena pemikiran dan ide serta  karya  kita?

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Secangkir Kopi, Sebuah Karya, dan Senja di Kampung Deret Petogogan", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/masrierie/555c5d9d517a617d048b456d/secangkir-kopi-sebuah-karya-dan-senja-di-kampung-deret-petogogan?page=3&page_images=1

Kreator: Masrierie Kompasiana

Penelitian Tentang Kampung Deret Petogogan

 Raudina Qisthi Pranantha 

Saya pribadi tertarik dan mengapresiasi  tulisan  dan penelitian Raudina Qisthi Pranantha (Unpar) , jadi saya  unggah disini  screen shootnya. 

Ada rekam jejak tentang Kampung Deret Petogogan 





















BACA JUGA YUK: 

KLIPPING ARTIKEL / BERITA TENTANG RISHA (RUMAH INSTAN SEDERHANA SEHAT)


RISHA , CATATAN KECIL DI BELAKANG LAYAR (1) SEJARAH RISHA DAN IOM (INTERNATIONAL OF MIGRATION ) DI ACEH


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar