Senja di Petogogan , 2013-2014
Kampung Deret Petogogan, rumah RISHA |
Teknologi Risha ,mungkin hanya sebuah karya sederhana , namun lahir dari proses pemikiran panjang dan perhitungan yang rumit . Dirancang dengan sepenuh hati , segenap kalbu . Untuk menebar manfaat dan kebaikan.
Memperhatikan prinsip yang menyeluruh, termasuk harga produksi direncanakan seefisien mungkin.
Jumat petang 10
Januari 2014. Langit Jakarta tidak terlalu cerah, tidak juga meredup..
Jalan Wijaya I , Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Itu tempat
kami memarkir mobil.
Menyusuri lorong menuju
bakal kampung deret dibangun. Sepanjang lorong tersebut tampak kasur,
ranjang, bufet, kursi, meja, yang dibungkus terpal. Katanya, milik penduduk
yang rumahnya tengah dibedah.
Sebelumnya hamparan lahan milik
pemerintah ini adalah perkampungan padat tak beraturan. Bangunan
kumuh yang menempel pada tembok-tembok belakang gedung yang mukanya
menghadap ke jalan Wijaya I , Petogogan.
Bangunan lama yang kumuh tak beraturan sudah diratakan dengan tanah.
Petogogan, diratakan dengan tanah, sebelum menjadi Kampung Deret Petogogan |
Perencanaan , Site Plan untuk menata Kampung Deret Petogogan |
Memantau rutin penataan kawasan kumuh Petogogan yang menggunakan Teknologi Risha , Arief Sabaruddin , secara berkala hadir ke lapangan, |
Di pelataran bekas runtuhan
rumah-rumah RW 05 inilah tampak ‘berantakan’. Panel-panel beton
dengan ukuran terstandar, disusun di berbagai sudut. Rangkaian kolom
bangunan instan, yang tengah dirakit. Panel tersebut diproduksi oleh aplikator
RISHA.
Mendung tiba-tiba semakin tebal
di langit Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tak menyurutkan langkah kami
mengitari kawasan padat di tengah area strategis ini.
Peluncurannya,memulai pembangunan Kampung
Deret Petogogan ini, pada tanggal 31 Oktober 2013. Oleh
Gubernur DKI Jaya yang sekarang presiden RI, Joko Widodo.
Pak Jokowi saat sebagai Gubernur DKI , tahun 2013 , meresmikan saat awal dimulai Kampung Deret Petogogan, dengan memasang baut pada panel RISHA |
Saat itu musim hujan
menggempur Jakarta. Musim banjir seperti sudah berjalan sejak puluhan tahun.
Tentu ini tak mudah dalam merealisasi penataan kawasan kumuh.
Apalagi jalan Kampung Pulo Petogogan, langganan banjir.
Setelah diresmikan akan dimulainya bangunan oleh Gubernur DKI kala itu, Joko Widodo, namun realisasinya tak serta merta bisa dimulai . Banyak kendala yang harus dibenahi, seperti penghuni rumah harus mengalihkan dulu huniannya ke tempat sewaan lain. Atau mungkin menumpang di sanak familinya. Mereka harus memindahkan barang-barang dan menempatkannya di tempat aman.
Terus semangat , tak pernah surut. Terus bekerja, memantau, turun langsung ke lapangan.
Setelah membongkar bangunan,
harus ada pembersihan dari bekas bongkarannya. Berangkal tidak bisa dibiarkan
di hamparan calon Kampung Deret Petogogan.
Perencanaan di kawasan terbatas
harus lebih jeli dan matang. Di mana septiktank komunal di tempatkan, rencana
tapak agar pencahayaan rumah dan sirkulasi akan baik adanya. Rencana
taman sebaiknya diposisikan dimana. Koordinasi penting, untuk semua yang
terlibat di sini. Koordinasi di lapangan adalah kunci untuk mengakomodir semua kepentingan seara bijak. Sebagai jalan mereduksi konflik yang selalu muncul di lapangan, pada semua proses pelaksanaan konstruksi dan pembangunan.
Menyusuri ke kawasan padat
ini adalah keharusan jika rencana Kampung Deret Petogogan bisa
direalisasikan sesuai harapan. Agar mimpi kawasan sehat nyaman
meski sederhana, dapat diraih.
Dulu di sini berdesakan bangunan-bangunan kumuh , semi permanen dan permanen, dengan lorong sempit tanpa aturan.
Sesering mungkin memantau
langsung ke lapangan juga keharusan. Memahami ilmu teknik di bidang
bangunan (arsitek dan teknik sipil) juga keharusan. Seorang yang mengawasi,
menangani, dan terjun dalam bidang perumahan dan permukiman,
laiknya menguasai bidangnya, disiplin ilmu juga sesuai bidang bangunan.
penataan kawasan kumuh Petogogan 2013 |
Sangat perlu terjun langsung
mengukur di lapangan. Agar realisasi rencana tapak berjalan benar dan
baik. Seorang yang berkutat dalam bidang bangunan, perencanaan, sejatinya
menguasai kawasan. Baik secara fisik dan keilmuan (teknik bangunan) ,
maupun secara psikologi sosial .
Merencanakan semua ini , butuh kemampuan yang komprehensif , memahami budaya, sosiologi, dan psikologi masyarakat. Sehingga desain yang
direncanakan, akan menyentuh segala aspek. Sehingga terwujudlah desain
dan realisasi yang dapat mengantar penghuninya, menjadi sumber daya
manusia harapan bangsa.
Saat pelaksanaan, pak suami ikut menyingsingkan lengan baju, berkutat dalam terik mentari atau hujan, seperti juga dilakukan yang para pekerja kasar. Itu memang terjadi.
Saya mendampingi seseorang (pak suami ) yang
melakukan semua itu. Namun, tidak perlu cemas. Karena sebelumnya, saya selalu siap di belakang layar, menyertai doa dan semangat. Karena tekad dan harapan kuat, t memberikan yang terbaik dan manfaat bagi masyarakat negeri ini, bangsa dan negara, . Sebagai abdi negara, Niat , dari situlah kekuatan bermula.
Ada penanaman pohon produktif,
ada penghijauan, dan ada taman. Taman sebagai penyejuk dan oase di tengah
RW 05 ini. RT 008, RT010, RT011, RT 012. Rumah yang dibangun nanti akan
dilengkapi dengan sirkulasi udara yang layak dan sehat. Pencahayaan yang
memadai. Karenanya jarak dan lorong pemisah antar rumah diatur sedemikian rupa.
Senja, warga dapat saling
berjumpa di taman. Anak-anak ceria bermain di tempat yang nyaman. Inilah mimpi kami , bagi perumahan masa depan. Perumahan, yang paling harus mendapat kepedulian...adalah rumah bagi mereka yang berpenghasilan rendah. MBR.
Secangkir Kopi Hangat , Semanis Mimpi bagi Rumah Rakyat
Panel-panel RISHA yang diangkut dari Bandung sudah menumpuk di sebuah sudut. Sebagian sudah dirakit. Memang butuh ketelitian dalam pelaksanaan lebih dari seratus rumah ini dibangun.
Bukannya tanpa kendala.
Berhadapan dengan masyarakat ada seninya , harus dengan hati . Berhadapan dengan aplikator RISHA, yang
seperti biasa perlu kesabaran super tinggi. Berhadapan dengan masalah
yang ada di lapangan. Berurusan dengan segala problem dalam koordinasi,
a-z segala aspek, dan pemangku berbagai kepentingan.
Apapun masalahnya, butuh
ketekunan, kesabaran dan komitmen tinggi. Berkejaran dengan waktu dan
musim hujan deras dan banjir yang kerap menghentikan aktifitas.
Betul, harga Rumah RISHA mudah terukur harganya. Satu rumah dua lantai, mendapat bantuan Rp 54 juta . Luasnya petaknya rata-rata 3x6 m2. Uang diberikan langsung kepada warga. Lalu mereka yang rumahnya siap diremajakan, menyetor ke koordinator, ketua RW. Maka, dana tersebut nantinya dibayarkan kepada aplikator secara cicilan .
Senja di Kawasan Kampung Pulo,
Petogogan. Saya menyusuri panel-panel RISHA yang menggantikan kolom.
Berbaris rapih. Setiap rumah didesain agar menjadi rumah sehat, dengan
septitank, dan sanitasi yang sedemikian rupa. Saluran-saluran air
bersih dan kotor diatur sedemikian rupa. Agar tercipta permukiman sehat.
Bekerja di lapangan, bidang
konstruksi, memang bisa ketar ketir atau juga panik. Berkejaran dengan
waktu. Masalah lapangan , dalam proses pembangunan rumah tidak
sesederhana yang dibayangkan awam. Yang pernah berkecimpung di lapangan,
pasti mengertilah.
Anak-anak berlarian, riang gembira, sungguh hati serasa damai. Senyum mereka, semoga masa depan lebih baik. Tumbuh di permukiman terstandar. Dengan taman sebagai paru-paru kawasan itu. Rumah yang tadinya acak-acakan, ditata menjadi deretan rapi teratur. Di antara tanaman dan bunga-bunga alias penghijauan.
Kalau sudah jadi nanti, semoga terealisasi pembenahan SUMBER DAYA MANUSIA yang lebih baik, lewat permukiman yang menyehatkan, jiwa dan raga. Sore itu beberapa tukang rehat , karena hari sudah senja.
Saya mendampingi seseorang, yang sibuk memantau , mengukur dan berkoordinasi dengan mandor, tukang, perwakilan aplikator, Pemda DKI. Saya mengiringi sambil memotret. Di kejauhan tampak seseorang dari Tribun juga memotret.
Indah sekali senja itu. Kenangan di Petogogan. Meski saat magrib menjemput, rintik hujan seketika menjadi hujan deras. Kami pulang ke sebuah rumah di Kebayoran Lama , rumah mertuaku.
Bandung 2004, bertepatan dengan banjir di Kota Bandung, di kediaman kami.
Musim rumah kebanjiran, rumah sendiri tahun 2004. Tapi saat itulah Teknologi yang digunakan di Petogogan ini lahir atau dilaunching.
Dibalik kesulitan ada kemudahan. Sehabis berjibaku membersihkan banjir 3 hari di rumah sendiri . Esoknya mimpi kami tentang rumah rakyat akan terwujud.
Mimpi agar kawasan kumuh dapat dibenahi dengan biaya murah. Mimpi agar tenaga kerja dan pengangguran dapat dilatih dan diserap dalam pabrikasi rumah.
Sehabis banjir, (kisah banjirnya ada di sini )seorang yang saya dampingi, harus berangkat lebih pagi. Karena hari itu, teknologi RISHA yang sudah terpikir dan dipikirkan sejak bertahun-tahun sebelumnya akan diluncurkan oleh 2 menteri. Tanggal 20 Desember 2004.
Akhirnya jadi juga peluncuran
itu, setelah tertunda beberapa bulan. Dan setelah melewati masa pengujian di
laboratorium satu-satunya di Asia Tenggara itu. Puslitbang Permukiman
Kementerian PU (waktu tu terpisah dengan Kemenpera).
Teknologi Risha terinspirasi LEGO dan mainan anak yang dirakit |
LEGO, inspirasi Teknologi RISHA |
Di rumah sederhana kami, itulah
awal Teknologi RISHA itu diutak atik di selembar kertas. Idenya, dari mainan
anak, LEGO. Digambar di atas meja gambar. Dihitung dengan dekstop
komputer kami. Lewat pemikiran yang panjang.
Screen Shoot berita dari Okezone.com , 5 Februari , 2016 |
Seribu satu ide meluncur pada larut malam ketika kami berdiskusi. Tentang masa depan rumah bagi rakyat kecil.
Seseorang yang saya dampingi, mengajak diskusi. Untuk memberi nama teknologi ini. Nama RISHA, memiliki makna tersendiri bagi kami.(Nama panggilan kesayangan dari ibundanya)
Untuk menjelaskan teknologi ini,
kita perlu membuat video informasi. Dengan program Ulead, dan koleksi
lagu Kitaro. Saat hujan mengguyur Bandung. Akhirnya video itu terselesaikan.
Video tersebut untuk memudahkan
penjelasan sistematis apa maksud tujuan teknologi RISHA. Lumayan
juga sih, menggarap video sendiri dan saya sebagai narator. .
Ada kebanggaan saat video
buatan sendiri, dengan narator suara sendiri, diputar oleh Kepala
Balitbang Kemen PU saat itu, Bapak Rustam Syarif (alm), seorang yang begitu
bijak dan memberikan semangat.
Kebahagiaan yang sesungguhnya,
adalah jika hasil karya kita bisa memberikan manfaat kepentingan banyak
orang. Senyuman bahagia bagi rakyat kecil. Manfaat yang mengalir, ilmu yang
bermanfaat, dan ada sumbangsih dalam pemberdayaan.
Senja di Petogogan , Jakarta Selatan, 2014.....
Bahagia sejati, adalah jika ide yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Termasuk saat korban gempa dan tsunami dapat dibantu dengan teknologi ini. Kebahagiaan , adalah juga saat IOM memanfaatkan karya ini bagi korban tsunami dan gempa di Aceh .
Kebahagiaan ....... adalah saat mampu menuangkan ide, pemikiran dan karya ........ yang bermanfaat bagi bangsa , negara dan dunia....... Bahagia adalah saat karya kita menjadi kontribusi bagi banyak orang .... Secangkir kopi, bagi orang yang mendampingi saya, dalam berkarya. Teknologi yang berguna bagi masyarakat kecil utamanya. Dan saya bangga , bisa mendampingi seseorang setiap berkarya di rumah, di luar jam kantor.
Saya bangga, selalu setia menyediakan nya secangkir kopi hangat.. Semangat untuk terus berkarya.
Saatnya merenung, sudah seberapa banyakkah yang kami berikan dalam kehidupan. Manfaat bagi orang banyak? Bagi bangsa dan negeri tercinta ini? Sebagai abdi negara, ada kegelisahan, jika tidak mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Karena kebahagiaan sejati, ketika
pemikiran , ide dan karya kerja berguna bagi orang lain. Orang lain maju karena
pemikiran dan ide serta karya kita?
Konten ini telah tayang di
Kompasiana.com dengan judul "Secangkir Kopi, Sebuah Karya, dan Senja di
Kampung Deret Petogogan", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/masrierie/555c5d9d517a617d048b456d/secangkir-kopi-sebuah-karya-dan-senja-di-kampung-deret-petogogan?page=3&page_images=1
Kreator: Masrierie Kompasiana
Penelitian Tentang Kampung Deret Petogogan
Raudina Qisthi Pranantha
Saya pribadi tertarik dan mengapresiasi tulisan dan penelitian Raudina Qisthi Pranantha (Unpar) , jadi saya unggah disini screen shootnya.
Ada rekam jejak tentang Kampung Deret Petogogan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar