WISATA
Serenade
Angin di Gunung Kidul
Isyarat Alam
di Gua Pindul
Gunung Kidul 2016.
Mentari masih sama, dengan rutinitas menebar siang .
Menjadikan bayang di sebuah perjalanan. Gunung Kidul.. Gunung Kidul .Saksi
Gempa Bumi hebat tahun 2006. Saksi
silam di masa-masa cerita ketandusan
itu.
Puluhan tahun silam, matahari
Gunung Kidul terik membakar. Dikenal karena kegersangannya. Tanah keras dengan
bebatuan karang yang mendominasi pesisirnya. Hanya singkong dan jenis tanaman
tertentu saja yang tumbuh. Namun cerita itu sudah berubah. Kehijauan kini
menjadi warna di antara batu karang .
Gunung Kidul |
Liku perjalanan wisata Gunung Kidul ke Gua Pindul |
Bus Bimo yang saya tumpangi,
bersama rombongan emak-emak jelita (jelang lima puluh tahun) dan lolita (lolos
lima puluh tahun) , mengikuti likunya alur jalan turun naik menanjak.
Batu karang kiri kanan jalan
dalam bongkahan besar kecil berselang seling dengan pepohonan. Bukit-bukit
tebing karang dan gua-gua yang sering dijadikan tempat semedi dan
pertapaan bertebaran di tempat ini.
Gunung Kidul memang terletak
di pesisir pantai Selatan Pulau Jawa yang berasal dari daratan yang terus terangkat melalui proses
berabad-abad. Pulau Jawa ibarat sosok yang tengah membungkukkan diri. Bagian
depannya di pesisir utara Jawa semakin merunduk. Sementara bagian belakangnya
terus terangkat. Jadi pantai selatan Jawa yang curam ini dulunya adalah
bekas dasar lautan yang terangkat ke
muka bumi.
Bongkahan karang yang mungkin
dikomersilkan tampak membentuk tumpukan di beberapa titik.
Gunung Kidul semakin seksi, dari balik kaca jendela
Bus carteran biro wisata yang memandu
perjalanan kami. Tumben, hari itu langit
demikian cerah. Pemandu wisata kami menuturkan kebangkitan kawasan Gunung Kidul
justru menggeliat setelah prahara Gempa Bumi 2006 . Tempat terparah kerusakan dan guncangannya ini, masyarakatnya malah terpacu bangkit dari
keterpurukan.
Bebatuan Kapur Gunung Kidul, tanda dulunya bekas dasar laut |
Mata air-mata air yang
ditemukan dimanfaatkan untuk
menghijaukan dan menghidupkan pertanian. Ternyata di bawah kerontang bukit
karang itu mengalir sungai-sungai yang menembus gua-gua di dalamnya, menuju
samudera lepas, Lautan Indonesia.
Kawasan pantai-pantainya
dihidupkan gairah wisatanya. Semangat
warga terus berpacu dengan waktu. Hingga gua-gua yang ditemukan disulap menjadi
ajang wisata petualangan.
Roda kehidupan harus terus
berputar. Kebangkitan wisata itupun berbuah manis. Saya adalah salah satu yang
mencicipi indah dan manisnya wisata di Gunung Kidul ini. Tentunya selain
penduduk yang ikut menikmati pendapatan dari wisata.
Perjalanan dari jalan Adi
Sucipto Yogyakarta menyusuri jalan Raya Wonosari, Piyungan, Bukit Patuk, Hutan
Bunder, sampai akhirnya masuk gerbang Desa Bejiharjo. Tempat Gua Pindul berada.
Berikut ini adalah rute dan
lokasi wisata cave tubing goa pindul, semoga memudahkan anda untuk datang ke
sini. Jujur saja , kami memilih menggunakan jasa pemandu wisata supaya tidak harus mengerenyitkan kening
mencari jalan. Maklum faktor usia tidak
memungkinkan.
Dari web sitenya guapindul.com
saya dapat informasi, kalau naik
angkutan umum, caranya Naik Bus Yogya –Wonosari di Terminal Giwangan, kepada
kondektur minta turun di perempuatan Grogol, lalu naik ojek ke Gua Pindul.
Sepanjang perjalanan tampak
tempat-tempat penjualan oleh-oleh dan makanan khas Gunung Kidul.Seperti Geplak.
Terbuat dari singkong, rasanya legit dan ‘jadul’ sekali. Enak betul . Ibu Nefi
teman penulis membelinya di perjalanan.
Gua Pindul nan Eksotik
Setelah lebih kurang 2
setengah jam perjalanan. Kami tiba di Gua Pindul. Salah satu destinasi wisata
petualangan yang sejak 2012 beranjak naik daun.
Kami turun dari bus yang parkir di jalan Raya. Bus ini tidak bisa masuk
lokasi. Akhirnya kami naik mobil pick up terbuka untuk memasuki kawasan hutan
pesisir ini. Hahaha...., menyenangkan juga ternyata naik mobil bak terbuka.
Meski mentari semakin terik di ubun-ubun. Untung bawa topi lebar.
Akhirnya tiba di lokasi, kami harus melompat turun saking jangkungnya mobil ’pajero’ julukan untuk pinck-up
tumpangan kami. Dengan keceriaan berbaur kelembutan bahasa alam , aura magis dan lugu nya kawasan. Tak ada deru lalu lintas yang sibuk.
Hanya suara angin hutan pesisir dan daunan berbaur unggas. Hanya suara celoteh
anak-anak bule dari International School Jakarta yang bertualang di sini.
Kesempatan berselfie ria tak kami
lewatkan. Dengan latar belakang tulisan Wira Wisata Gua Pindul. Wisata Cave Tubing ke gua ini dibuka sejak pagi jam 06.30-17.00. Cave
Tubing ini merupakan jelajah sungai dalam gua menggunakan Ban Dalam mobil
ukuran jumbo.
Kami tak perlu sewa sepatu
plastik karena sejak awal kami memilih pakai sepatu plastik. Ibu Tini temanku
yang cantik mengenakan sepatu crog kw 2. Tapi cukup mantap untuk melangkah
melewati jalan setapak terjal. Setelah mengenakan pelampung , berselfie ria,
lalu masing-masing membawa ban jumbo itu. Menuruni tebing
yang tidak terlalu dalam.
Ada sejenis laguna dengan air
yang kecoklatan. Aha, pantas saja Ibu Tini mengingatkan untuk bawa sabun dan
shampo selain baju ganti. Pakaian kami
memang sudah diautr . Yang sportif, seperti celana panjang hitam dan
baju pink kaos. Sepatu plastik.
Satu persatu rombongan kami
menyimpan ban hitam jumbo di sejenis telaga yang bersambung sampai ke dalam gua
dan ke luar gua di sisi berbeda.
Perlahan kami duduk di tengah ban
yang terapung di tepian telaga. Lalu tiduran seperti bocah saja. Satu sama lain
harus bepegangan. Yang dipegang kuat cantolan pada bannya. Bukan tangan lho.
Maka mulailah pemandu wisata menarik dan mendorong rangkaian ibu-ibu cantik ini .
Saatnya bertualang menuju
kegelapan gua, di air yang dingin. Aduhai segarnya udara yang mengalir di
celah-celah gua. Kapan lagi kita bisa melepas atribut kesibukan kaum urban kota
besar ? Maka hari ini udara hangat alam perawan segar dan bersih menyeruak ke
dalam pernafasan, bahkan ke segenap batin kami.
Berpose Di Gua Pindul Yogyakarta |
Gua Pindul Yogyakarta |
Tampak ribuan kelelawar menggelantung di langit-langit gua.
Sesekali sorot kilau mata mereka memantulkan cahaya senter. Dan sesekali
mereka meronta-ronta di atas kami. Duh
indah sekali. Lucu dan kedekatan kami dengan alam memberikan rasa nyaman.
Stalagtit dan tetesan yang masih
aktif, membentuk motif natural yang
bikin kami berdecak kagum . Sungguh dahsyat indahnya ciptaan Sang Maha
Pengasih.
Kami bagai rangkaian rantai yang
melayang di atas permukaan air. Melewati kegelapan gua, dan menyaksikan sebuah
celah cahaya dari permukaan, ada anak
tangga buatan mencapai lubang cahaya yang indah di atas sana, untuk evakuasi
katanya. Pantulan cahaya yang
dramatis... sungguh eksotik suasananya.
Dalam remang lampu senter dan
semburat lintasan cahaya kejauhan, suara kami menggema saling mengingatkan saat
melewati celah sempit. Agar kepala kami tak terbentur. Danpandai-pandai
mengendalikan posisi dengan cara menendangkan
kaki .
Pemandu wisata menceritakan
kedalaman laguna ini kedalamannya 5 meter lho, bahkanada yang mencapai 12
meter. Namun tak membuat kami gentar.
Kecuali beberapa ibu yang takut ada ular air katanya. Gua ini memiliki panjang
sekira 350 m, lebarnya sampai 5 meteran lah. Rasanya enak seperti sedang diayun ayun dalam kesejukan
air telaga.
Mungkin sekira 40 menitan,
saya kurang pasti, sampailah kami di
zona yang mulai penuh cahaya. Mulut goa satu lagi menyambut kami. Beberapa ibu sudah tidak sabaran, akhirnya berenang ke
tepian. Ada ibu yang tidak bisa berenang
menyangka laguna /telaga menjelang akhir petualangan itu dangkal.
Padahal dalamnya 5 meter. Sempat
terkejut ketika ia melepaskan tubuh dari ban. Meski pakai pelampung tetap harus
bisa berenang. Pemandu memintanya cepat berpegangan pada ban dan menggiringnya ke tepian yang dangkal
betulan. Jadi sebaiknya bersabar kalau
saat akan merapat di ujung perjalanan lintas Gua Pindul.
Seru sekali petualangan siang
itu. Hingga kami naik ke permukaan, menyusuri jalan menanjkan sedikit terjal ke
arah tepian jalan kecil. Naik lagi mobil pick up menuju pos pemandu wisata.
Lalu menumpang mandi.
Oya, untuk menitipkan barang di
penitipan tas kita bisa mengeluarkan
uang Rp 3.000 sampai Rp 5.000,-. Untuk menumpang mandi dengan air yang jernih
bersih di jajaran kamar mandi cukup keluarkan kocek Rp 2.000 ke atas. Boleh
lebih. Air sejuk membasuh kami. Pakaian
kering yang kami bawa kembali menghangatkan tubuh. Lalu menuju mushola yang
tersedia di kawasan ini.
Wana Wisata ini memang dilengkapi
juga dengan outlet yang menjual pakaian dalam dan pakaian luar. Mengantisipasi
peserta tour cave tubing yang tidak
membawa pakaian ganti setelah basah kuyup di dalam gua. Ada juga tempat permainan anak seperti
perosotan, ayunan, dan outbond.
Siswa siswi Sekolah Internasional (International School Jakarta) sedang bermain di Gua Pindul |
Area Out Bond di Gua Pindul , Gunung KIdul, Yogyakarta |
Kolam Renang di Gua Pindul Yogyakarta |
Tibalah saat makan siang
istimewa. Ini dia menu spesial ala Gua Pindul. Nasi gudeg, minuman wedang jahe
yang manis pedas hangat. Gulanya spesial sekali
karena memang produk alami nira dari pohon-pohon setempat. Makan siang
dalam kebersamaan , gudeg, bacem , keresek.... sambal. Teh tubruk panas...
Fantastik sekali. Di antara hembusan lembut bayu , menerobos pepohonan hutan pesisir.
Nikmatnya makan nasi merah hanga, gudeg, tempe tahu bacem, lalab , sambal ala Gua Pindul saat jam makan siang. Minumnya wedang ronde yang legit , rasa jahe dan hangat. |
Usai santap siang unik lezat itu
, kami kembali naik pick up menuju parkiran Bis. Naik bis, dalam kebersamaan
rekan-rekan yang nota bene para ibu, kami kembali dibuai keindahan pesona Gunung Kidul
sepanjang perjalanan pulang ke
penginapan di Yogyakarta. Seraya dalam hati berharap dapat mengajak keluarga ke
tempat wirawisata keren ini.
Untuk mereka yang belum pernah
kemari, ini ada info (kalau belum berubah) tarif masuk kemari.
Paket Cave Tubing Pindul
1. Jasa pemandu
2. Perlengkapan ( ban pelampung, jaket pelampung, sepatu karet, Head Lamp )
3. Asuransi
4. Biaya Rp 35.000/ orang (Wisatawan Lokal)
1. Jasa pemandu
2. Perlengkapan ( ban pelampung, jaket pelampung, sepatu karet, Head Lamp )
3. Asuransi
4. Biaya Rp 35.000/ orang (Wisatawan Lokal)
5. Biaya Rp 50.000/
orang (Wisatawan Mancanegara)
Biaya Retribusi masuk kawasan Pindul : Rp.10.000 / orang
rasanya pengen nyobain rebahan di ban itu mbak.. kayanya nikmaat bgt spt lepas beban di dada :-)
BalasHapusNeng Lia Lathifa asyik lho serasa diayun-ayun . Airnya sejuk, mengalir kita . Tapi sesudahnya buru-buru mandi , soalnya airnya nggak tau bersih atau tidak. Langsung sabunan dan pakai shampo.
HapusAhi hi hi itu keren sekali mbak posisi pas di photo di bannya pada sejajar gituh pasti butuh waktu lumayan lama ya untuk merapihkannya.
BalasHapusHihihi , iya lumayan ... hanya tidak terlalu lama juga, hanya memang antre satu persatu turun ke air, lalu saling berpegangan sambung menyambung.... butuh waktu. Thanks untuk kunjungannya ke sini
HapusLanjutkan Gan
BalasHapus