Daftar Blog Saya

Senin, 19 September 2016

Iklan Softener So Klin Tahun 2003 dalam kenanganku





IKLAN SOFTENER SO KLIN

Akhirnya ketemu juga di YouTube, Iklan Softener So Klin jadul tahun 2003. Dulu ketika  ikut syuting iklan ini, berjuta cerita. Masa-masa belum ada media sodial, internet masih barang langka. Hape juga  hanya orang-orang tertentu yang punya.
Dulu  aku punya sih VCD rekaman iklan ini, dapat kiriman dari produsernya (JJ Production Surabaya), namun VCDnya tenggelam  kena banjir tahun 2004 dan 2005 di rumah lama kami. Hadeuh , tak bisa  digunakan lagi  karena  bukan hanya  terendam air banjir, tapi juga endapan lumpur. 

Pada masa itu, dunia komunikasi  dan publisitas yang berjaya sadalah televisi, radio  dan media cetak seperti surat kabar harian,  tabloid dan majalah . 

Waktu syuting iklan ini (2002) di sebuah rumah sewaan, bulan ramadhan. Kami ibu-ibu Softener So Klin sebagai para finalis Ibu Softener So Klin  menginap di Hotel Ibis. Dan  kudu syuting seharian suntuk , dari pagi hingga jauh malam. 

Setelah didandani ,  satu per satu menunggu giliran.

Bagi aku pribadi, menempuh perjalanan  naik kereta api saat itu  terasa berat. Pasalnya aku meninggalkan  anak bungsuku yang masih TK. Dan jujur saja, karena tidak punya asisten rumah tangga, anakku ini sangat  menempel kepadaku. Dari sejak bangun tidur, berangkat ke TK sampai larut malam, full aku yang mengurus. 

Aku juga tidak tega meninggalkan suami dan anak sulungku yang masih SD juga. Pasalnya mereka semua full terbiasa  aku layani,  sejak pagi buta hingga jauh malam, mulai dari makanan, sampai  pakaian aku yang cuci seterika. Rumahpun aku yang mengurus.

Jadi sedih juga meninggalkan mereka,  meski aku sudah menyiapkan makanan cepat saji, bahan masakan siap masak yang sudah dipotong -potong tinggal rebus, dan  telur pindang atau makanan yang  bisa dipanaskan.

Maka ketika syuting berlangsung, melewati perjalanan, lumayan mataku sembab kurang tidur, dan  badanku agak letih. 

Alhamdulillah,  syuting iklan yang hanya menampilkan diriku beberapa detik saja akhirnya beres. Rupanya aku memang tidak berbakat akting,  untuk senyum saja  sampai harus diulang-ulang.  
Lega rasanya. 

Dan akhirnya  setelah selesai semua  rangkaian syuting iklan ini, sepekan kemudian,  pengumuman di Tabloid NOva, aku keluar sebagai pemenang ke III Ibu Softener So Klin. Hadiahnya  selain uang tunai (honor main iklan dan  sebagai pengirim pertama ) Home Theater, satu perangkat. 



IBU OCTOPUSSY.....MENEJEMEN WAKTU , MENEJEMEN  RUMAH TANGGA

Sedih, merinding, jika ingat masa silam. Iklan ini memiliki kenangan tersendiri  . Terkenang  masa-masa  genting maraton , kerja keras, prihatin, saat anak-anak masih kecil.  Saat itu aku  tengah gigih-gigihnya  'berakrobat'.
Ah, berakrobat , ingat eks teman sekantorku Mariyah  yang ikut suaminya  ke USA meneruskan Pasca Sarjana , ternyata melahirkan bayi dan mengurus bayi dinegeri orang itu berasa berat. Seperti main akrobat saja katanya..... Berat sekali...Di begeri orang tidak ada orang tua, saudara dan asisten rumah tangga. Semua serba harus mandiri. Nah , itu kan karena tinggal di negeri orang yang memang NB  gaji pemnbantu rumah tangga itu supoer duper mahal, tak terjangkau bagi orang menengah ke bawah, hanya bagi  kelas atas saja. 

Aku sendiri ,  seperti temanku Mariyah, berakrobat juga mengurus 2 batita  saat  si bungsu baru lahir, pak suami jelas tak bisa bantu-bantu. Sebab pak suami  sepulang kerja dari kantor  utama , institusi negara, sore hingga malam hari bekerja lagi di konsultan sebagai arsitek paruh waktu. Sampai di rumah , sering lemburan lagi, bawa pekerjaan  sampingan. 

Jadi , aku sudah terlatih  berakrobat sebagai ibu rumah tangga sejati. 

 Maksudnya?

Akrobat  itu adalah seperti octopussy dengan banyak tangan.  Dalam 24 jam  ibu muda   yang tidak memiliki asisten rumah tangga ataupun harian , harus  pandai berjibaku mengawali  waktu  saat masih dini hari hingga larut malam. Dan harus rajin bergadang karena bocil bocil bayi dan balita sering terjaga di tengah malam.

Khusus rumah kami , di kawasan Riung Bandung Kota Bandung, punya masalah air. Jadi harus bergadang untuk mendapatkan air. 
Seperti mengisi air di bak mandi dan penampungan air bersih, karena air PDAM hanya mengalir jam 2 malam.

Sambil mengisi air  , aku  mencuci piring, mencuci pakaian (dengan mesin  cuci), memasak nasi, memasak  lauk pauk untuk sarapan dan bekal makan sang anak-anak di sekolah.

Tentunya harus berpacu dengan waktu. Sebab  hanya ada 2 jam kesempatan menikmati air keluar dari keran. Lewat jam 4  subuh maka ledeng kembali padam.

 Selanjutnya aku tinggal memasak air minum, air untuk isi termos, masak air untuk mandi anak (jam setengah 5 sudah harus pada mandi, berangkat sekolah jam 5 lebih 15 menit).

Terus marathon, jangan coba-coba jeda. Berdiam diri sejenak saja bisa keteteran. Karena anak yang besar masih duduk di kelas 4 SD  aku  harus mengangkat panci berisi air panas, menuangkan ke dalam baskom dan si sulung segera mandi dan sarapan. Menyiapkan seragam dan bekalnya. Setelah si sulung beres sarapan dan minum susu , membawa bekal nasi untuk sekolah, dalam kondisi gelap mobil abondemen jemputan sekolah akan menjemputnya.

Usai si sulung berangkat. Aku lanjut berjibaku mengurusi si  bungsu yang juga akan sekolah di TK di kompleks perumahanku. Memakaikan seragam dan  menyiapkan bekal makanan untuk sekolah TKnya.  Sambil membiarkan ia menghabiskan sarapan,  suami saya juga sarapan.

 Lanjut, menjemur pakaian  di teras depan rumah. Pasalnya halaman rumah kami yang mungil sangat sempit.  Kalau cucian banyak pagar rumahpun jadi tempat menjemur.

Maka si bungsu  berangkat ke sekolah di antar suami yang akan ke kantor sekalian.

Itulah saat jeda  mulai menyapu halaman, menyiram tanaman, membersihkan rumah, menyikat kamar mandi , membersihkan selokan, Mengurusi bunga-bungaan tanaman yang tahun 2002 itu aku sudah membuat vertikal garden di pagar BRC rumah.







SAATNYA ME TIME.....KEBBAHAGIAAN  KALA MENULIS

Setelah semua beres aku masih bertenaga untuk menulis dan membuat kerajinan tangan. Usia 38 , masih enerjiklah.... Aku  menulis  fiksi untuk berbagai majalah  wanita waktu itu. Kadang saat menulis fiksi , aku berhenti sejenak, sesunggukan terisak-isak. Karena  kerapkali yang aku tulis adalah petikan kisah nyata , kehidupan seseorang. Kebanyakan mereka yang suka curhat kepadaku.Atau orang yang aku sayang, punya cerita hidup. 

Atau menulis artikel pendek untuk majalah parenting. 
Atau menulis resep masakan yang biasa aku  masak untuk majalah wanita dan tabloid. 

Untuk surat kabar cetak lokal aku mengisi rubrik  wisata, travelling, kriya . 

Untuk  majalah dan tabloid tentang arsitektur dan interior saya menulis beberapa ide-ide interior.

Hobi mencipta kriya dan kerajinan tangan  bikin aku bahagia, jika sudah diwujudkan dalam karya. Hobi mencipta resep masakan dan makanan atau camilan yang unik, ternyata bisa menghasilkan uang juga. Honor  hasil resep  masakan / camilan / kue yang  aku tulis dan aku foto , lumayan juga. Tapi yang paling aku suka, dulu itu hadiah lomba resep masakan / kue / camilan  besar. Rata rata jutaan rupiah. Jauh lebih besar dan beda dari hadiah lomba masa kini yang  bahkan ada yang hanya puluhan ribu rupiah, atau hanya 100 atau 300 ribu. 

Honor tulisan wisata  saja tahun 2000 2003  2006 dstnya,  satu tulisan  bisa 300 sampai 500 ribu rupiah. Nah kalau juara lomba honornya jutaan. Paling seru kalau cerita bersambung  dimuat di majalah,  atau tabloid, ada uang honor rutin karena satu cerita bersambung bisa  dimuat dalam beberapa bulan. 

Menulis untuk aku adalah cara menyalurkan hobi sekaligus  aktualisasi diri. Namun yang paling membahagiakan bahwa hobiku ini dapat menutupi kebutuhan  finansial rumah tangga dari kantong sendiri. Tanpa  harus berangkat ke kantor atau ke tempat kerja. 

Pada masa itu, bisa menghasilkan uang tapi diam di rumah dianggap aneh dan bohong. Mustahil. Untungnya  generasi masa kini mengalami seperti yang aku jalani dulu, kerja di rumah saja, sambil mengurus anak dan rumah , mengurus suami, mengurus halaman...... Berkarya dari rumah, dan honor mengalir. Jadi, kalau aku bercerita tentang diam di rumah tapi menghasilkan uang.... banyak yanhg sudah mengerti.

MELUKIS, HOBI LAMA YANG BIKIN KANGEN 

Sekali waktu saya masih sempat juga melukis dan ikut pameran bersama. Pernah sebuah cafe memborong lukisanku  sebagai dekorasi dining  interiornya. Aduh bahagianya saat itu.

Aku  yang sehari-hari  di rumah tanpa Asisten Rumah Tangga, tapi tetap bisa banyak berkarya di rumah dan menghasilkan uang. Juga karya yang bermanfaat bagi orang lain.

Bayangkan, kalau saja aku  menggaji ART , karya-karyaku pasti akan lebih banyak  dan  kinerjaku lebih melambung.
Tapi aku harus taat pada sebuah tradisi  alias budaya sebuah  aturan main sebuah keluarga besar (yang menurutku agak ganjil sih) , tapi ya sudah....,  taati saja, aturan main masuk dalam sebuah keluarga.
Yang menekankan, kalau istri di rumah (tidak kerja kantoran / keluar rumah)  untuk apa  bayar lagi pembantu. (hihihi...., istri kan bukan pembantu yak). 

Lagian meski istri menghasilkan uang alias kerja di rumah , tak ada yang percaya di masa itu. Bahkan tetanggaku juga  mencibir menganggap aku manusia aneh. Mana mungkin  ....mereka  berkomentar.  
Jadi kalau istri toidak menghasilkan uang, dilarang bayar ART. Kalau istri  di rumah, mustahil menghasilkan uang, tidak pantas punya ART....Tok Tok Tok..... itu  cerita di masa silam. Nah , pad amasa itu, ada pula aturan main, istri harus berhenti bekerja, karena ada golonganpara  mertua yang tidak sudi cucunya diasuh oleh pembantu rumah tangga. Judulnya, para ibu muda yang tadinya berkarier  gemilang kantoran, kudu resign, Sebab harus full mengurus  bayi dan anak. Berlanjut, kalau istri di rumah , untuk apa bayar pembantu. ,.....

Maaf , itu cerita tentang orang lain ya, bukan tentang diriku.

Kalau aku memang  tidak punya ART karena rumahku kecil, tidak ada kamar untuk ART.  Mencari ART yang pulang pergi juga sudah sulit. Maka  ya semua aku kerjakan sendiri, dan aku ingin anak-anak juga full dalam perawatan pemeliharaanku , ibunya sendiri, tanpa campur tangan  ART , atau babby sitter dan lainnya.

Jujur, itu sangatkah amat berat dan tidak mudah. Menembus samudera  keletihan  dan nyaris  kehilangan istirahat . 
Tapi aku bersyukur, bahwa aku telah melewatinya dengan  baik . 

Saat masih gadis , aku merangkap kerja. Sambil kuliah, merangkap jadi penyiar radio swasta,  juga menulis media cetak  paruh waktu, dan kerja kantoran. Padat . Tapi bikin bahagia. Lelah, tapi masih banyak jam oistirahat dan cukup tidur. 
Tapi masih terasa lebih berat  saat menjadi ibu rumah tangga yang tidak dibantu oleh siapapun., dan suami juga  kerja full di luar hingga larut malam, boro-boro bisa bantu istri, karena sampai di rumah bawa bekal kerja lemburan. 

Kembali ke rutinitas tahun 2002
Habis menulis hanya 2 atau 3 jam, aku jalan kaki  menjemput anak dari TKnya. Sebetulnya anakku bisa pulang sendiri, ia sudah hafal jalan dan pernah pulang sendiri jika aku telat menjemput. Hanya saja aku kuatir jika ada motor yang ngebut dan anakku menyeberang  kurang hati-hati. Usianya 5 setengah tahun saat itu. 

Mengurusi makan siangnya, mengajari pelajaran, mengasuhnya. Lalu menyeterika dan sorenya kembali ke dapur  menghangatkan masakan dan mencuci piring kembali.

Bahkan untuk menemukan kesempatan menulis saya sering bergadang menunggu anak tidur. Sehingga jam tidur  bisa-bisa hanya 4 sampai 5 jam . Kebetulan suami juga  sering bergadang mengerjakan pekerjaan tambahan . Jadi seru  rasanya  sama-sama mengetik dan menggambar di larut malam. Lebih fokus  karena  tak harus berbagi konsentrasi dengan mengurus anak. 

MEMENANGKAN PULUHAN LOMBA 

Berbagai sayembara dan lomba menulis dan resep  masakan aku ikuti. Sampai puluhan kali hadiah lomba  mampu mengisi tabungan . Dari berbagai lomba dan sayembara  aku tak hanya beroleh  uang yang sangat bermanfaat dalam hidup kami yang amat sederhana itu, bahkan saya  memperoleh kulkas, rice cooker , televisi, tupperware, dan banyak lagi perlengkapan rumah tangga sehingga kami tak perlu membelinya. 

ANTAR JEMPUT ANAK 

Dari hasil  menulis dan mengikuti lomba aku ikut syuting iklan karena sebagai pemenang, honornya bisa membeli  mobil sendiri. Jadi bisa menyetir antar jemput anak  tanpa mengganggu mobil suami. Apalagi rumah kami terletak di sebuah kompleks yang lumayan nyungsep , jalannya kecil-kecil sempit, hanya muat 1 mobil, dimana taksi suka marah-marah kalau diminta mengantar kami pulang.

Jadi kalau anak harus ada kegiatan berenang dari sekolahnya,  saya bisa menjemputnya. Apalagi ketika anak yang besar mendapat SMP negeri (jalan Sumatera Bandung) yang letaknya jauh sekali dari rumah kami di pinggiran, 

Aku  harus super mandiri karena selain tak punya asisten rumah tangga, suami super sibuk sering ke luar kota, kalau pulang ke rumah juga lembur melulu bawa pekerjaan ,malah aku  sering ikut bantu-bantu. Seperti memasukkan nilai-nilai hasil ujian dan tugas mahasiswa  dari lembaran kertas tugas ke daftar nilai. Oya lupa aku cerita, suami aku juga mengisi hari Sabtu dengan mengajar di perguruan tinggi  , jurusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan.  

Mengerti kan sekarang, mana mungkin suami yang super duper sibuk dengan banyak cabang job bisa bantu-bantu istri di rumah. 

Jadi kebayang bukan, kalau istrinya seperti apa kerja di rumah, dan sama juga punya pekerjaan .

Maka , aku juga mulai tidak taat aturan main yang diterapkan (oleh...?) . Kata suami aku,  tidak apa-apa , masakan beli saja,  nyuci baju meski  cuci sendiri pakai mesin cuci, untuk menyeterikanya aku kirim ke laundry tetangga yang khusus terima seterikaan. Suami aku pribadi, mengijinkan kalau saja ada ART yang pulang pergi. Karena suami tersayang, sangat paham dan tahu betul seberapa berat kerja istrinya di rumah. 
Nah , mereka yang hanya rajin komentar dan berada di luar rumah tangga kami , jika dijelaskan juga tak bakal mau  tahu dan mau mendengar. Ya sudahlah. Biarkan anjing mengonggong, kafilah terus berlalu. EGP

MENGAJAR ANAK PELAJARAN SEKOLAH DAN LAINNYA

Ini dia bagian yang tak boleh lewat. mengajarkan anak konsep logika matematika. Sehingga pola pikir dan cara memahami  sesuatu benar adanya. Sangat membutuhkan waktu dan enerji  dalam membimbing anak pelajaran sekolah. 
Sampai mereka duduk di SMPpun saya  kerap menjadi nara sumber mereka. Khusus si bungsu sampai SMA dan kuliahpun sering menjadikan saya nara sumber. Kata si kecil, mama itu kalau ngajarin sesuatu sistematis, step by step nya bikin mudah dicerna.... Maksudnya bukan hanya pelajaran sekolah, termasuk pekerjaan rumah tangga, dan kalau anak perempuan itu rupanya tiada hari tanpa cerita.  Beda dengan anak lelaki ya.  

SEBETULNYA  LEBIH MENIKMATI KERJA KANTORAN

Yang terberat bagiku adalah ketika harus meninggalkan kerja kantoran dan  kerja paruh waktu sebagai penyiar radio swasta. Tetapi sebagai penulis lepas aku masih bisa melakukannya di rumah. Meski tidak lah mudah,  karena saya mengasuh sendiri  bayi dan balita tanpa pembantu rumah tangga, menyetir sendiri, tanpa supir, tetapi tetap membuat karya-karya 

Kerja kantoran lebih jelas  job deskripsinya, mendapat penghargaan moril dan materil. Ada liburnya pula. Coba bandingkan dengan pekerjaan rumah tangga, Adakah yang menghargai? Untung saja suami dan anak anak sangat menghargai dan mengapresiasi tugasku sebagai ART .., eh salah, sebagai IRT.

Tapi tidak selalu demikian di masyarakat, pekerjaan ibu rumah tangga tak jarang diidentikkan sejajar dengan pembantu rumah tangga. Lebih miris lagi kalau ada yang mengidentikkan  ibu rumah tangga yang tidak kerja  itu sebagai perempuan tidak kompeten (bodoh mungkin maksudnya?). 

Tapi aku  tidak peduli, yang penting, aku mundur  kerja demi anak-anakku , agar tumbuh besar dalam sentuhan dan pelukan kasih sayang ibunya sendiri, bukan orang lain. 

IKLAN SOFTENER SO KLIN

Nah  Iklan Softener So Klin ini  memilik kenangan tersendiri. Waktu itu  si bungsu masih TK. Aku  harus syuting iklan ini, meski  hanya satu detik  penampilan  , namun  syutingnya tidak sebentar.

Anak yang SD kelas 4 sedang ulangan umum. Yang bungsu di TK menangis aku tinggal. Kebingungan  tidak bisa mingta bantuan siapapun,  suami  membawa bocil bungsuku  ke kantor. 

Aku naik kereta api di bulan ramadhan, sahur dan  menginap di Hotel IBIS . Dandan dan syutingnya sehari semalam suntuk . Ada  bahagianya lho,  bisa ketemu dengan sesama ibu yang main iklan.

Sesama ibu yang ikut syuting  adalah Ibu Amalia, lalu  ibu cantik yang fotografer  dan alumni Wajah Femina  (waktu itu sedang mengandung anak ke duanya) Virgin Septhimoranie , ibu Ninuk yang bidan pendiri rumah bersalin di Yogyakarta, Ibu Farida Wijaya yang punya 4 anak anak berprestasi sebagai pelukis cilik go internasional.  Seru  sekali. 

Namun ada rasa sedih,  tidak mudah rasanya meninggalkan si kecil yang lumayan sering sakit.  Jadi saat menginap  di hotel menjelang syuting aku  diam-diam menangis . Karena sejak lahir total aku  sendiri yang mengurusi anak-anak, Tidak ada pembantu apalagi pengasuh anak. Bahkan  belum pernah si kecil menginap di neneknya, alias tidak pernah mau jauh dari aku Auto sedih.



BANJIR

Setiap puncak musim hujan rumah kami terendam banjir. Tapi tahun 2004 dan 2005  dahsyat besar sekali, kursi dan tempat tidur  terendam. Termasuk VCD copyan iklan Softener So Klin  ikut terendam. Duh sedihnya.

Setiap  banjir sedihnya luar biasa. Kami menumpang di rumah adik suamiku. Lalu setelah  banjir surut berdua suamiku bahu membahu mengeruk lumpur yang tebal dan mengangkutnya dengan ember. Lalu membersihkan perabot yang terendam, menjemurnya. Butuh waktu 3 hari setiap  usai musim banjir guna membersihkan rumah.


Namun kami bangga bahwa kami bisa berkarya banyak meski dalam kondisi  musibah banjir yang kerap datang. Dan mengerjakan semua  tugas domestik sendiri. Termasuk membantu suami mengisi suara sebagai narator dalam video buatannya untuk bahan sosialisasi.  Pokoknya semua dikerjakan sendiri meski dengan peralatan sederhana seadanya.










TERIMAKASIH RYAN AGUSTA

Youtuber Nak Ryan Agusta ternyata memiliki  copyan iklan  dimana aku ada  sebagai salah satunya. Meski hanya sedetik. Terimakasih banyak ya Nak, Akhirnya saya bisa memutar ulang kenangan itu. 
Saya bertanya-tanya, apakah  kau salah satu putra dari salah seorang ibu yang ada di iklan itu? 

 Bahagianya menemukan  iklan ini, setelah copy VCD Iklan Softener So Klin  tahun 2003 saya lenyap oleh banjir rutin berlumpur  setidaknya saya bisa menemukan kembali rekaman masa silam saya. Masa-masa yang identik dengan perjuangan hidup .

Meski filmnya tidak berwarna, tetap  bagus ternyata. 

Masa muda memang seharusnya diisi dengan perjuangan, karena di usia lolita (lolos lima puluh tahun)  seperti sekarang  enerji  sudah mulai pudar. Saatnya kita memetik  hasil jerih payah kita di masa muda. Kalau saja saat usia muda kita tak mau bersusah payah , lantas apa yang harus kita petik di usia senja?  



Iklan Softener So Klin 2003





8 komentar:

  1. Tahun 2003 efi mah baru selesai kuliah. Ga kerasa waktu berlalu ya. Emang paling enak nulis atau beresin kerjaan itu malam-malam. Tapi sekarang jarang banget bisa maksain melek sampai lewat dini hari. Waah tulisan-tulisannya yang menang lomba didokumentasikan ga,bu? Pengen baca nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Neng Efi Fitriyyah baru lulus kuliah ya waktu itu, Teteh udah jelang 40 tahun hehehe. Sejak dulu pasti Neng Efi imut d,lucu, cantik .... dan kreatip ...... iya kalau malam suasana memang hening, sejuk, mengalir

      Hapus
  2. waaah Neng Efi belum bobo ya..... tulisan dan resep masakan dll yg menang lomba didokumentasikan Neng. termasuk klipping tulisan di media cetak. Jaman baheula mah belum ada blog yang se meriah sekarang. .... Sekali-kali nanti di foto sekilas klippingnya... ngan eta kedah ngabongkar heula tumpukan... hehehe.. Hanupis Neng Efi parantos mampir

    BalasHapus
  3. Wow..pernah jadi bintang ikan ibu Cantik teh, keren banget, seorang ibu memang luar biasa yah, keren banget bu, mau dong lihat iklanny

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo Cerita Bunda, blogmu apa namanya? mau lihat juga dong. Saya hanya main iklanbeberapa detik, karena para finalis ibu Softener SoKlin 2002 punya tugas main iklan gitu, kontrak setahun kalau tidak salah. Terimakasih Mak Cerita Bunda, Blogmu apa. Tuliskan di sini dong biar saya bisa berkunjung ke sana. Terimakasih ya sudah mampir ke sini

      Hapus
    2. Cerita Bunda , wah keren blognya, bagus untuk mendampingi ibu-ibu muda yang tengah berjibaku mendidik dan membesarkan anak-anaknya jempol deh untuk http://www.ceritaanakbunda.com/2016/09/5-hal-yang-membuat-bunda-bahagia-anak.html nya

      Hapus
  4. keren banget sudah jadi bintang iklan :) ternyata menulis bisa menghasilkan ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mak Indri, terutama dulu waktu dunia maya belum sebooming sekarang. Jadi kesempatan menulis di media cetak lebih banyak , dan honor juga bisa rutin kalau menulisnya rutin juga. Tapi sekarang ini media online dan blog memuat tulisan apapun bisa diperoleh lewat dunia maya. Era sudah berbeda. Terimakasih kunjungannya, salam

      Hapus