Daftar Blog Saya

Kamis, 27 Agustus 2015

VIDEO BANDUNG TEMPO DULU, ASRAMA PUTRI ITB GELAPNYAWANG TAHUN 1950AN


Foto foto tua , kenang-kenangan Bandung Tempo dulu, angkatan pertama penghuni .asrama putri ITB Gelap Nyawang Bandung. Dalam video slide show ini ada foto foto dari Ibu Elsye Nurbambang, ibu Saraswati Suharjo (pengurus GOW Bandung, pensiunan DKK Pemkot Bandung), Ibu Nurhayati ( pernah enjadi aopteker Otto Pharmacy, apoteker  pabrik obat Tirtanata dan aoptek Parapatan Lima, dan Apotek Restu Bandung, dan  di perusahaan farmasi lainnya). Ibu Elsye Nurbambang adalah insinyur elektro wanita pertama di Indonesia. Juga  pernah menjadi dosen ITB.  Dan banyak nama-nama lain.

Untuk kisah lengkap tentang asrama  putri  ini,  baca ulasannya  pada URL di bawah ini:

http://berbagigagasan.blogspot.com/2015/08/jelang-reuni-akbar-alumni-asrama-putri.html




Rabu, 19 Agustus 2015

Kisah Kehidupan, Kisah Ibu . Kisah Istri... tak ada Yang Ingin Disengsarakan.

Seorang  teman , sebut saja Lisye , nama samarannya. Matanya berkaca-kaca.  

Ia seorang nenek, dan memiliki 3  anak, putra sulungnya sudah berkeluarga, memberikan cucu yang lucu- satu-satunya pelipur lara di hari tuanya. Usianya lebih dari 58 tahun. 

Ia menceritakan masa kecilnya yang indah, lahir dan tinggal di Jakarta. Di sebuah rumah besar dan mewah. Dengan kamar tidur -kamar tidur yang masing-masing memiliki teras dan menghadap ke taman.
Tumbuih besar dalam keluarga berpunya,  ia kuliah di Trisakti.  Tahun 1970an, siapapun yang kuliah di Trisakti,  sudah pasti anak orang berpunya. Karena biaya kuliah di kampus bergengsi ini sangat mahal untuk ukuran masa tersebut.
FIKSI: aku pulang menjelajahi kemarau.... Kompasiana

Lulus S1 fakultas ekonomi, ia mulai merintis jadi  pengajar di sana. Dulu, seorang dosen boleh lulus S1. Kalau sekarang minimal S2 bukan.

Saat telah berumah tangga, dengan seorang pria  , ia berharap mendapatkan  hal-hal yang semua ibu rumah tangga pasti memimpikannya.

Coba tanya, setiap orang. Berumah tangga ingin bahagia bukan? Mungkin  kurang normal kalau ada yang menjawab, saya sudi diperistri karena ingin dibuat susah, dibuat miskin, dibikin sengsara... atau siap jadi pelayan bagi keluarga besar suami? "Iiiih, sorrry yaaaa., gue bukan babu brooo," itu bahasa kasar ala Betawi.  Atau..., saya jadi istri siap berbagi, mulai dari perhatian, cinta, dan uang , dengan wanita lain? Tidak mungkinlah.

Jelas tidaklah. Semua istri ingin totalitas dari suaminya, cinta, perhatian, kasih sayang, nafkah uang, dan lain sebagainya. Meskipun pada  kenyataannya banyak suami yang harus membagi nafkah keuangannya dengan adik-adiknya, ibunya. pamannya, dan lain sebagainya. 

Selama saat berbagi itu  tidak malah menyusahkan istri sendiri, mungkin sah-sah saja. Tapi kalau di atas sepertiga gaji sudah harus diberikan  kepada ibunya, selama 31 tahun usia perkawinan, sembunyi-sembunyi pula..... sementara istrinya hidup dalam kondisi sangat prihatin, super hemat, pas-pasan... Bahkan penuh pahit getir. ... 

Ini mah bukan lagi berbagi kebajikan bagi  ibunya. Tapi   sudah  menempatkan ibunya sebagai  'istri' dalam tanda kutip. Sementara istri sesungguhnya hanyalah objek penderita selama 31 tahun.

Di sini masalahnya. Ibu mertua yang sangat dominan membuat Lisye merasa terpenjara . Ipar-ipar perempuannya yang suka mengkritik dan ikut mengatur urusan rumah tangganya,  memang mirip dengan ertua Bu Lisye.

Ternyata , Bu Lisye ditipu. Selama ini sebagian gaji suami diberikan kepada ibu mertuanya. Saat suaminya mendapat  uang pesangon,setelah pensiun,  ibu mertuanya  menghasut suaminya untuk bercerai. Dan , semua uang dibawa pergi. Untung Bu Lisye memiliki anak lelaki yang sudah kerja. Akhirnya  ia menerima bantuan putranya. Lalu menerima jahitan untuk menambal kebutuhan dapurnya. 

Singkat cerita, setelah suaminya pergi. Pertama sedih dan menangis. Apalagi tidak satu rupiahpun ditinggalkan sang suami. Tapiiii... hari demi hari setelah airmatanya membanjir setiap malam. Ia seperti melihat dunia yang sesungguhnya.

"Saya merasa merdeka. Merdeka dari lelaki yang satu paket dengan ibu mertua dan ipar-ipar yang  ...hatinya busuk. Tukang pengeretan. .... Bu, saya merasa merdeka dari satu paket kesusahan. Mantan suami saya itu    saya anggap satu paket lengkap kesusahan.... Setahun berlalu, meski hidup sederhana karena uang dari putra saya memang pas-pasan. Tapi ...inilah kebahagiaan.

Dulu, Abah, mantan suami saya itu tak pernah memikirkan kebahagiaan saya. Saya diadili, dicaci maki dan dijudgment buruk oleh adik-adik perempuannya yang nynyir itu.... saya tidak dilindungi.. tidak. Abah tidak berdaya, saat saya jadi pesakitan ..sebab pelakunya adalah ibundanya tersayang, dan adik-adik perempuannya tercinta....." Ibu Lisye menyeka airmatanya.

"Namun kini setelah Abah sakit, uangnya tandas ludes. Ibu dan adik-adiknya tak mau mengurusnya. Jadilah anak perempuan bungsu kami harus menginap di rumah neneknya. Ia mengurus ayahnya yang sudah sakitan.
Bukan saya tak mau kembali lagi dengan ayahnya anak saya.  Bahkan minta maafpun ia belum pernah. Saya kasihan anak saya, tapi , saya juga perlu sehat lahir batin. Putri saya merengek agar saya kembal rujuk dengan ayahnya....
Tidak. Kalau saya rujuk kembali, berarti saya harus mengabdi kembali kepada ibu mertua saya, dan ipar-ipar saya punya kesempatan lagi untuk menindas saya....," Ibu Lisye  terisak.

Ibu Lisye adalah teman baik saya, usianya lumayan  rada jauh di atas saya. Karenanya, saya menuliskan cebuah cerpen, hadian buat Ibu Lisye.

Hanya saja cerpennya rada lebai, dibuat dramatis gitu lhoooo.  

baca ya cerpen mini saya di Kompasiana. 

FIKSI: aku pulang menjelajahi kemarau.... Kompasiana

Senin, 17 Agustus 2015

PENGRAJIN (UMKM) industri kecil, HOME INDUSTRI, TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR. , BAG MACRAME CRAFTM HAND MADE, DI TURANGGA (Indonesian Handcraft, Bandung City, West Java)


Di kawasan jalan Suling Bandung ternyata ada  pengrajin rumahan, yakni berbasis ibu rumah tangga , berbasis dharma wanita juga. Ibu Titi berkarya  denagn tekun aneka tas rajut tangan. Maksudnya  merajutnya menggunakan jari tangan, bukan pakai jarum hakpen. Kata ibu Titi Dadang Sobana (Pengurus IIKP Pusperkim ) , tas tersebut dipelajarinya dari ibu Anna Agus Sarwono . Sementara ibu Anna Agus belajar dari Ibu Ima Joko , mereka juga sempat membagi keahliannya di Rumah Pintar di Jakarta (DWP KemenPUPR).




Hanya saja karena lebih ke hobby, produksinya  seusai mood. Jadi produknya modelnya beda-beda sesuai  imajinasi pembuatnya. Kreaktifitasnya bisa bervariasi. 

Ibu Titi yang  juga sebagai Ibu RT ini juga menggagas kegiatan Green And Clean lho.









Tas-tas ibu Titi menggunakan bahan dasar tali koor dengan warna-warna aduhai penuh  pesona. Hasilnya... lihat saja sendiri.Cara membuatnya adalah dengan  seni tali temali atau sering kita sebut mackrame.  Hanya saja membuatnya harus tekun dengan kekuatan tarik jemari tangan juga.

Setelah itu rangkaian  ikatan demi ikatan ditautkan satu sama lain. Tentunya dengan menyesuaikan warna. Ternyata muncul aneka jeni motif yang mengesankan. Step bu Stepnya  membuat tas yang berunsur ikatan tali temali dair tali koor  ini mulanya  memang  butuh ketekunan. Tapi kalau sudah biasa, jadi keterusan dan penasaran.

Dasar cara membuatnya   adalah seni makrame. Buku-bukunya  bisa dicari di toko buku Gramedia. Namun lebih baik belajar langsung bertatap muka dengan gurunya. Lebih cepat kita menguasainya.

Tas ini memiliki kekuatan prima, Tidak mudah rusak, Dan  kokoh. Bentuknya juga cantik. Harganya? Hanya berkisar dari Rp 250.000 sampai Rp 400.000 an. Murah lhooo. Karena bahan tali koornya  terbilang tidak murah. Tas ini sangat kuat . Selain bentuknya elegance.
Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung
(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is a handmade,  by  an Indonesian's house wife . Home Industri)


Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Tas Rajut tangan tali koor, karya Ibu Titi Dadang Sobana, pengrajin rumahan, PENGRAJIN (UMKM) industri kecil,  TAS RAJUT TANGAN TALI KOOR DI Jalan Suling, Turangga, Bandung(Indonesian's Handcraft, Bandung City, West Java. This Beautiful bag  is made by  an Indonesian's house wife . Home Industri)

Di kediamannya Ibu Titi dadang memajang karya-karyanya di ruang tamu. jadi seperti Galeri deh.

Lokasi Galeri Ibu Titi Dadang, di Jalan Hasan Saputra IV, tempat mengajarnya di  gasibu Rumah Susun jalan Suling. Atau  sebagai pengurus TP PKK Kelurahan Turangga, Bandung. 

BACA JUGA TULISAN YANG ADA KAITANNYA,
 KLIK  DI SINI : KOMPASIANA

tags : hand made , craft, Indonesians, west java, kerajinan tangan , industri rumahan umkm, bandung, turangga. by Titi Dadang Sobana

Kamis, 13 Agustus 2015

JELANG REUNI AKBAR ALUMNI ASRAMA PUTRI ITB GELAPNYAWANG , 15 AGUSTUS 2015

Jelang reuni akbar asrama putri Gelapnyawang.

BACA TULISANNYA DI  KOMPASIANA YA
TONTON VIDEO SLIDE SHOW FOTONYA DI SINI

Pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus, jalan Gelapnyawang Bandung bakal didatangi setidaknya 100 alumni asrama putri ITB Gelapnyawang. Klinik atau balai pengobatan  pada hari ini akan  memberikan ruang pertemuan untuk  hajat temu kangen , halal bihalal, silaturahim  dari angkatan tertua tahun 1950an... sampai yang muda.

Barangkali ada teman yang pernah  tinggal di asrama ini, menyusuri lika liku kehidupan anak asrama yang selalu penuh warna..... Ada baiknya bergabung  ... dan mendaftar ...

Saya punya banyak cerita dan foto-foto yang ingin saya bagikan . Buat yang suka kisah tempo dulu di Bandung, bernostalgia.

Saya bagikan tulisannya di Kompasiana: 
Dan  saya bagikan juga tautan lain di sini



MAU LIHAT VIDEO SLIDE SHOWNYA DI SINI:

http://berbagigagasan.blogspot.com/2015/08/video-bandung-tempo-dulu-asrama-putri.html

Dan saya bagikan bagi yang suka foto-foto tua, saya unggah  sebagian berikut ini:
mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an,  Dalam foto antara lain saraswati Suharjo dan Nurhayati 

mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an,  Dalam foto antara lain saraswati Suharjo dan Nurhayati 



Sehabis wisuda Apoteker ITB tempo dulu, di Gedung Alumni ITB, tikungan jln Dago-Dipatukur-Surapati Bandung
mahasiswa dan mahasiswi ITB Bandung tahun 1950 an, saat berwisata ka kawasan Dago Atas . Wisata ala mahasiswa/i jadul .... Dalam gambar tampak Ibu BUnda  Noerhayati, Bnda Saraswati Soeharjo, Bunda Elsye Nurbambang etc etc

mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling l , mahasiswi ITB 1950an,  Dalam foto antara lain saraswati Suharjo dan Nurhayati 

mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an, di Taman Ganesha Bandung Tempo dulu
mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an, di Taman Ganesha Bandung Tempo dulu


Bung Karno di ITB

mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an, di Bikin jagung bakar


Nasionalisasi ITB, perpisahan dengan pengajar berkebangsaan Belanda 

mahasiswi tempo dulu di Bandung, asrama putri Sawunggaling lalu pindah ke Gelapnyawang , mahasiswi ITB 1950an, di Taman Ganesha Bandung Tempo dulu