Akhirnya ketemu juga di YouTube, Iklan Softener So Klin jadul tahun 2003. Dulu ketika ikut syuting iklan ini, berjuta cerita. Masa-masa belum ada media sodial, internet masih barang langka. Hape juga hanya orang-orang tertentu yang punya.
Dulu aku punya sih VCD rekaman iklan ini, dapat kiriman dari produsernya (JJ Production Surabaya), namun VCDnya tenggelam kena banjir tahun 2004 dan 2005 di rumah lama kami. Hadeuh , tak bisa digunakan lagi karena bukan hanya terendam air banjir, tapi juga endapan lumpur.
Pada masa itu, dunia komunikasi dan publisitas yang berjaya sadalah televisi, radio dan media cetak seperti surat kabar harian, tabloid dan majalah .
Waktu syuting iklan ini (2002) di sebuah rumah sewaan, bulan ramadhan. Kami ibu-ibu Softener So Klin sebagai para finalis Ibu Softener So Klin menginap di Hotel Ibis. Dan kudu syuting seharian suntuk , dari pagi hingga jauh malam.
Setelah didandani , satu per satu menunggu giliran.
Bagi aku pribadi, menempuh perjalanan naik kereta api saat itu terasa berat. Pasalnya aku meninggalkan anak bungsuku yang masih TK. Dan jujur saja, karena tidak punya asisten rumah tangga, anakku ini sangat menempel kepadaku. Dari sejak bangun tidur, berangkat ke TK sampai larut malam, full aku yang mengurus.
Aku juga tidak tega meninggalkan suami dan anak sulungku yang masih SD juga. Pasalnya mereka semua full terbiasa aku layani, sejak pagi buta hingga jauh malam, mulai dari makanan, sampai pakaian aku yang cuci seterika. Rumahpun aku yang mengurus.
Jadi sedih juga meninggalkan mereka, meski aku sudah menyiapkan makanan cepat saji, bahan masakan siap masak yang sudah dipotong -potong tinggal rebus, dan telur pindang atau makanan yang bisa dipanaskan.
Maka ketika syuting berlangsung, melewati perjalanan, lumayan mataku sembab kurang tidur, dan badanku agak letih.
Alhamdulillah, syuting iklan yang hanya menampilkan diriku beberapa detik saja akhirnya beres. Rupanya aku memang tidak berbakat akting, untuk senyum saja sampai harus diulang-ulang.
Lega rasanya.
Dan akhirnya setelah selesai semua rangkaian syuting iklan ini, sepekan kemudian, pengumuman di Tabloid NOva, aku keluar sebagai pemenang ke III Ibu Softener So Klin. Hadiahnya selain uang tunai (honor main iklan dan sebagai pengirim pertama ) Home Theater, satu perangkat.
IBU OCTOPUSSY.....MENEJEMEN WAKTU , MENEJEMEN RUMAH TANGGA
Sedih, merinding, jika ingat masa silam. Iklan ini memiliki kenangan tersendiri . Terkenang masa-masa genting maraton , kerja keras, prihatin, saat anak-anak masih kecil. Saat itu aku tengah gigih-gigihnya 'berakrobat'.
Ah, berakrobat , ingat eks teman sekantorku Mariyah yang ikut suaminya ke USA meneruskan Pasca Sarjana , ternyata melahirkan bayi dan mengurus bayi dinegeri orang itu berasa berat. Seperti main akrobat saja katanya..... Berat sekali...Di begeri orang tidak ada orang tua, saudara dan asisten rumah tangga. Semua serba harus mandiri. Nah , itu kan karena tinggal di negeri orang yang memang NB gaji pemnbantu rumah tangga itu supoer duper mahal, tak terjangkau bagi orang menengah ke bawah, hanya bagi kelas atas saja.
Aku sendiri , seperti temanku Mariyah, berakrobat juga mengurus 2 batita saat si bungsu baru lahir, pak suami jelas tak bisa bantu-bantu. Sebab pak suami sepulang kerja dari kantor utama , institusi negara, sore hingga malam hari bekerja lagi di konsultan sebagai arsitek paruh waktu. Sampai di rumah , sering lemburan lagi, bawa pekerjaan sampingan.
Jadi , aku sudah terlatih berakrobat sebagai ibu rumah tangga sejati.
Maksudnya?
Akrobat itu adalah seperti octopussy dengan banyak tangan. Dalam 24 jam ibu muda yang tidak memiliki asisten rumah tangga ataupun harian , harus pandai berjibaku mengawali waktu saat masih dini hari hingga larut malam. Dan harus rajin bergadang karena bocil bocil bayi dan balita sering terjaga di tengah malam.
Khusus rumah kami , di kawasan Riung Bandung Kota Bandung, punya masalah air. Jadi harus bergadang untuk mendapatkan air.
Seperti mengisi air di bak mandi dan penampungan air bersih, karena air PDAM hanya mengalir jam 2 malam.Sambil mengisi air , aku mencuci piring, mencuci pakaian (dengan mesin cuci), memasak nasi, memasak lauk pauk untuk sarapan dan bekal makan sang anak-anak di sekolah.
Tentunya harus berpacu dengan waktu. Sebab hanya ada 2 jam kesempatan menikmati air keluar dari keran. Lewat jam 4 subuh maka ledeng kembali padam.
Selanjutnya aku tinggal memasak air minum, air untuk isi termos, masak air untuk mandi anak (jam setengah 5 sudah harus pada mandi, berangkat sekolah jam 5 lebih 15 menit).
Terus marathon, jangan coba-coba jeda. Berdiam diri sejenak saja bisa keteteran. Karena anak yang besar masih duduk di kelas 4 SD aku harus mengangkat panci berisi air panas, menuangkan ke dalam baskom dan si sulung segera mandi dan sarapan. Menyiapkan seragam dan bekalnya. Setelah si sulung beres sarapan dan minum susu , membawa bekal nasi untuk sekolah, dalam kondisi gelap mobil abondemen jemputan sekolah akan menjemputnya.
Usai si sulung berangkat. Aku lanjut berjibaku mengurusi si bungsu yang juga akan sekolah di TK di kompleks perumahanku. Memakaikan seragam dan menyiapkan bekal makanan untuk sekolah TKnya. Sambil membiarkan ia menghabiskan sarapan, suami saya juga sarapan.
Lanjut, menjemur pakaian di teras depan rumah. Pasalnya halaman rumah kami yang mungil sangat sempit. Kalau cucian banyak pagar rumahpun jadi tempat menjemur.
Lanjut, menjemur pakaian di teras depan rumah. Pasalnya halaman rumah kami yang mungil sangat sempit. Kalau cucian banyak pagar rumahpun jadi tempat menjemur.
Maka si bungsu berangkat ke sekolah di antar suami yang akan ke kantor sekalian.
Itulah saat jeda mulai menyapu halaman, menyiram tanaman, membersihkan rumah, menyikat kamar mandi , membersihkan selokan, Mengurusi bunga-bungaan tanaman yang tahun 2002 itu aku sudah membuat vertikal garden di pagar BRC rumah.
SAATNYA ME TIME.....KEBBAHAGIAAN KALA MENULIS
Setelah semua beres aku masih bertenaga untuk menulis dan membuat kerajinan tangan. Usia 38 , masih enerjiklah.... Aku menulis fiksi untuk berbagai majalah wanita waktu itu. Kadang saat menulis fiksi , aku berhenti sejenak, sesunggukan terisak-isak. Karena kerapkali yang aku tulis adalah petikan kisah nyata , kehidupan seseorang. Kebanyakan mereka yang suka curhat kepadaku.Atau orang yang aku sayang, punya cerita hidup.
Atau menulis artikel pendek untuk majalah parenting.
Atau menulis resep masakan yang biasa aku masak untuk majalah wanita dan tabloid.
Untuk surat kabar cetak lokal aku mengisi rubrik wisata, travelling, kriya .
Untuk majalah dan tabloid tentang arsitektur dan interior saya menulis beberapa ide-ide interior.
Hobi mencipta kriya dan kerajinan tangan bikin aku bahagia, jika sudah diwujudkan dalam karya. Hobi mencipta resep masakan dan makanan atau camilan yang unik, ternyata bisa menghasilkan uang juga. Honor hasil resep masakan / camilan / kue yang aku tulis dan aku foto , lumayan juga. Tapi yang paling aku suka, dulu itu hadiah lomba resep masakan / kue / camilan besar. Rata rata jutaan rupiah. Jauh lebih besar dan beda dari hadiah lomba masa kini yang bahkan ada yang hanya puluhan ribu rupiah, atau hanya 100 atau 300 ribu.
Honor tulisan wisata saja tahun 2000 2003 2006 dstnya, satu tulisan bisa 300 sampai 500 ribu rupiah. Nah kalau juara lomba honornya jutaan. Paling seru kalau cerita bersambung dimuat di majalah, atau tabloid, ada uang honor rutin karena satu cerita bersambung bisa dimuat dalam beberapa bulan.
Menulis untuk aku adalah cara menyalurkan hobi sekaligus aktualisasi diri. Namun yang paling membahagiakan bahwa hobiku ini dapat menutupi kebutuhan finansial rumah tangga dari kantong sendiri. Tanpa harus berangkat ke kantor atau ke tempat kerja.
Pada masa itu, bisa menghasilkan uang tapi diam di rumah dianggap aneh dan bohong. Mustahil. Untungnya generasi masa kini mengalami seperti yang aku jalani dulu, kerja di rumah saja, sambil mengurus anak dan rumah , mengurus suami, mengurus halaman...... Berkarya dari rumah, dan honor mengalir. Jadi, kalau aku bercerita tentang diam di rumah tapi menghasilkan uang.... banyak yanhg sudah mengerti.
MELUKIS, HOBI LAMA YANG BIKIN KANGEN
Sekali waktu saya masih sempat juga melukis dan ikut pameran bersama. Pernah sebuah cafe memborong lukisanku sebagai dekorasi dining interiornya. Aduh bahagianya saat itu.
Aku yang sehari-hari di rumah tanpa Asisten Rumah Tangga, tapi tetap bisa banyak berkarya di rumah dan menghasilkan uang. Juga karya yang bermanfaat bagi orang lain.
Bayangkan, kalau saja aku menggaji ART , karya-karyaku pasti akan lebih banyak dan kinerjaku lebih melambung.
Tapi aku harus taat pada sebuah tradisi alias budaya sebuah aturan main sebuah keluarga besar (yang menurutku agak ganjil sih) , tapi ya sudah...., taati saja, aturan main masuk dalam sebuah keluarga.
Yang menekankan, kalau istri di rumah (tidak kerja kantoran / keluar rumah) untuk apa bayar lagi pembantu. (hihihi...., istri kan bukan pembantu yak).
Lagian meski istri menghasilkan uang alias kerja di rumah , tak ada yang percaya di masa itu. Bahkan tetanggaku juga mencibir menganggap aku manusia aneh. Mana mungkin ....mereka berkomentar.
Jadi kalau istri toidak menghasilkan uang, dilarang bayar ART. Kalau istri di rumah, mustahil menghasilkan uang, tidak pantas punya ART....Tok Tok Tok..... itu cerita di masa silam. Nah , pad amasa itu, ada pula aturan main, istri harus berhenti bekerja, karena ada golonganpara mertua yang tidak sudi cucunya diasuh oleh pembantu rumah tangga. Judulnya, para ibu muda yang tadinya berkarier gemilang kantoran, kudu resign, Sebab harus full mengurus bayi dan anak. Berlanjut, kalau istri di rumah , untuk apa bayar pembantu. ,.....
Maaf , itu cerita tentang orang lain ya, bukan tentang diriku.
Kalau aku memang tidak punya ART karena rumahku kecil, tidak ada kamar untuk ART. Mencari ART yang pulang pergi juga sudah sulit. Maka ya semua aku kerjakan sendiri, dan aku ingin anak-anak juga full dalam perawatan pemeliharaanku , ibunya sendiri, tanpa campur tangan ART , atau babby sitter dan lainnya.
Jujur, itu sangatkah amat berat dan tidak mudah. Menembus samudera keletihan dan nyaris kehilangan istirahat .
Tapi aku bersyukur, bahwa aku telah melewatinya dengan baik .
Saat masih gadis , aku merangkap kerja. Sambil kuliah, merangkap jadi penyiar radio swasta, juga menulis media cetak paruh waktu, dan kerja kantoran. Padat . Tapi bikin bahagia. Lelah, tapi masih banyak jam oistirahat dan cukup tidur.
Tapi masih terasa lebih berat saat menjadi ibu rumah tangga yang tidak dibantu oleh siapapun., dan suami juga kerja full di luar hingga larut malam, boro-boro bisa bantu istri, karena sampai di rumah bawa bekal kerja lemburan.
Kembali ke rutinitas tahun 2002
Habis menulis hanya 2 atau 3 jam, aku jalan kaki menjemput anak dari TKnya. Sebetulnya anakku bisa pulang sendiri, ia sudah hafal jalan dan pernah pulang sendiri jika aku telat menjemput. Hanya saja aku kuatir jika ada motor yang ngebut dan anakku menyeberang kurang hati-hati. Usianya 5 setengah tahun saat itu.
Habis menulis hanya 2 atau 3 jam, aku jalan kaki menjemput anak dari TKnya. Sebetulnya anakku bisa pulang sendiri, ia sudah hafal jalan dan pernah pulang sendiri jika aku telat menjemput. Hanya saja aku kuatir jika ada motor yang ngebut dan anakku menyeberang kurang hati-hati. Usianya 5 setengah tahun saat itu.
Mengurusi makan siangnya, mengajari pelajaran, mengasuhnya. Lalu menyeterika dan sorenya kembali ke dapur menghangatkan masakan dan mencuci piring kembali.
Bahkan untuk menemukan kesempatan menulis saya sering bergadang menunggu anak tidur. Sehingga jam tidur bisa-bisa hanya 4 sampai 5 jam . Kebetulan suami juga sering bergadang mengerjakan pekerjaan tambahan . Jadi seru rasanya sama-sama mengetik dan menggambar di larut malam. Lebih fokus karena tak harus berbagi konsentrasi dengan mengurus anak.
Bahkan untuk menemukan kesempatan menulis saya sering bergadang menunggu anak tidur. Sehingga jam tidur bisa-bisa hanya 4 sampai 5 jam . Kebetulan suami juga sering bergadang mengerjakan pekerjaan tambahan . Jadi seru rasanya sama-sama mengetik dan menggambar di larut malam. Lebih fokus karena tak harus berbagi konsentrasi dengan mengurus anak.
MEMENANGKAN PULUHAN LOMBA
Berbagai sayembara dan lomba menulis dan resep masakan aku ikuti. Sampai puluhan kali hadiah lomba mampu mengisi tabungan . Dari berbagai lomba dan sayembara aku tak hanya beroleh uang yang sangat bermanfaat dalam hidup kami yang amat sederhana itu, bahkan saya memperoleh kulkas, rice cooker , televisi, tupperware, dan banyak lagi perlengkapan rumah tangga sehingga kami tak perlu membelinya.
ANTAR JEMPUT ANAK
Dari hasil menulis dan mengikuti lomba aku ikut syuting iklan karena sebagai pemenang, honornya bisa membeli mobil sendiri. Jadi bisa menyetir antar jemput anak tanpa mengganggu mobil suami. Apalagi rumah kami terletak di sebuah kompleks yang lumayan nyungsep , jalannya kecil-kecil sempit, hanya muat 1 mobil, dimana taksi suka marah-marah kalau diminta mengantar kami pulang.
Jadi kalau anak harus ada kegiatan berenang dari sekolahnya, saya bisa menjemputnya. Apalagi ketika anak yang besar mendapat SMP negeri (jalan Sumatera Bandung) yang letaknya jauh sekali dari rumah kami di pinggiran,
Aku harus super mandiri karena selain tak punya asisten rumah tangga, suami super sibuk sering ke luar kota, kalau pulang ke rumah juga lembur melulu bawa pekerjaan ,malah aku sering ikut bantu-bantu. Seperti memasukkan nilai-nilai hasil ujian dan tugas mahasiswa dari lembaran kertas tugas ke daftar nilai. Oya lupa aku cerita, suami aku juga mengisi hari Sabtu dengan mengajar di perguruan tinggi , jurusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan.
Mengerti kan sekarang, mana mungkin suami yang super duper sibuk dengan banyak cabang job bisa bantu-bantu istri di rumah.
Jadi kebayang bukan, kalau istrinya seperti apa kerja di rumah, dan sama juga punya pekerjaan .
Maka , aku juga mulai tidak taat aturan main yang diterapkan (oleh...?) . Kata suami aku, tidak apa-apa , masakan beli saja, nyuci baju meski cuci sendiri pakai mesin cuci, untuk menyeterikanya aku kirim ke laundry tetangga yang khusus terima seterikaan. Suami aku pribadi, mengijinkan kalau saja ada ART yang pulang pergi. Karena suami tersayang, sangat paham dan tahu betul seberapa berat kerja istrinya di rumah.
Nah , mereka yang hanya rajin komentar dan berada di luar rumah tangga kami , jika dijelaskan juga tak bakal mau tahu dan mau mendengar. Ya sudahlah. Biarkan anjing mengonggong, kafilah terus berlalu. EGP
MENGAJAR ANAK PELAJARAN SEKOLAH DAN LAINNYA
Ini dia bagian yang tak boleh lewat. mengajarkan anak konsep logika matematika. Sehingga pola pikir dan cara memahami sesuatu benar adanya. Sangat membutuhkan waktu dan enerji dalam membimbing anak pelajaran sekolah.
Sampai mereka duduk di SMPpun saya kerap menjadi nara sumber mereka. Khusus si bungsu sampai SMA dan kuliahpun sering menjadikan saya nara sumber. Kata si kecil, mama itu kalau ngajarin sesuatu sistematis, step by step nya bikin mudah dicerna.... Maksudnya bukan hanya pelajaran sekolah, termasuk pekerjaan rumah tangga, dan kalau anak perempuan itu rupanya tiada hari tanpa cerita. Beda dengan anak lelaki ya.
SEBETULNYA LEBIH MENIKMATI KERJA KANTORAN
Yang terberat bagiku adalah ketika harus meninggalkan kerja kantoran dan kerja paruh waktu sebagai penyiar radio swasta. Tetapi sebagai penulis lepas aku masih bisa melakukannya di rumah. Meski tidak lah mudah, karena saya mengasuh sendiri bayi dan balita tanpa pembantu rumah tangga, menyetir sendiri, tanpa supir, tetapi tetap membuat karya-karya
Kerja kantoran lebih jelas job deskripsinya, mendapat penghargaan moril dan materil. Ada liburnya pula. Coba bandingkan dengan pekerjaan rumah tangga, Adakah yang menghargai? Untung saja suami dan anak anak sangat menghargai dan mengapresiasi tugasku sebagai ART .., eh salah, sebagai IRT.
Tapi tidak selalu demikian di masyarakat, pekerjaan ibu rumah tangga tak jarang diidentikkan sejajar dengan pembantu rumah tangga. Lebih miris lagi kalau ada yang mengidentikkan ibu rumah tangga yang tidak kerja itu sebagai perempuan tidak kompeten (bodoh mungkin maksudnya?).
Tapi aku tidak peduli, yang penting, aku mundur kerja demi anak-anakku , agar tumbuh besar dalam sentuhan dan pelukan kasih sayang ibunya sendiri, bukan orang lain.
.
.
IKLAN SOFTENER SO KLIN
Nah Iklan Softener So Klin ini memilik kenangan tersendiri. Waktu itu si bungsu masih TK. Aku harus syuting iklan ini, meski hanya satu detik penampilan , namun syutingnya tidak sebentar.
Anak yang SD kelas 4 sedang ulangan umum. Yang bungsu di TK menangis aku tinggal. Kebingungan tidak bisa mingta bantuan siapapun, suami membawa bocil bungsuku ke kantor.
Aku naik kereta api di bulan ramadhan, sahur dan menginap di Hotel IBIS . Dandan dan syutingnya sehari semalam suntuk . Ada bahagianya lho, bisa ketemu dengan sesama ibu yang main iklan.
Sesama ibu yang ikut syuting adalah Ibu Amalia, lalu ibu cantik yang fotografer dan alumni Wajah Femina (waktu itu sedang mengandung anak ke duanya) Virgin Septhimoranie , ibu Ninuk yang bidan pendiri rumah bersalin di Yogyakarta, Ibu Farida Wijaya yang punya 4 anak anak berprestasi sebagai pelukis cilik go internasional. Seru sekali.
Sesama ibu yang ikut syuting adalah Ibu Amalia, lalu ibu cantik yang fotografer dan alumni Wajah Femina (waktu itu sedang mengandung anak ke duanya) Virgin Septhimoranie , ibu Ninuk yang bidan pendiri rumah bersalin di Yogyakarta, Ibu Farida Wijaya yang punya 4 anak anak berprestasi sebagai pelukis cilik go internasional. Seru sekali.
Namun ada rasa sedih, tidak mudah rasanya meninggalkan si kecil yang lumayan sering sakit. Jadi saat menginap di hotel menjelang syuting aku diam-diam menangis . Karena sejak lahir total aku sendiri yang mengurusi anak-anak, Tidak ada pembantu apalagi pengasuh anak. Bahkan belum pernah si kecil menginap di neneknya, alias tidak pernah mau jauh dari aku Auto sedih.
BANJIR
Setiap puncak musim hujan rumah kami terendam banjir. Tapi tahun 2004 dan 2005 dahsyat besar sekali, kursi dan tempat tidur terendam. Termasuk VCD copyan iklan Softener So Klin ikut terendam. Duh sedihnya.
Setiap banjir sedihnya luar biasa. Kami menumpang di rumah adik suamiku. Lalu setelah banjir surut berdua suamiku bahu membahu mengeruk lumpur yang tebal dan mengangkutnya dengan ember. Lalu membersihkan perabot yang terendam, menjemurnya. Butuh waktu 3 hari setiap usai musim banjir guna membersihkan rumah.
Namun kami bangga bahwa kami bisa berkarya banyak meski dalam kondisi musibah banjir yang kerap datang. Dan mengerjakan semua tugas domestik sendiri. Termasuk membantu suami mengisi suara sebagai narator dalam video buatannya untuk bahan sosialisasi. Pokoknya semua dikerjakan sendiri meski dengan peralatan sederhana seadanya.
Namun kami bangga bahwa kami bisa berkarya banyak meski dalam kondisi musibah banjir yang kerap datang. Dan mengerjakan semua tugas domestik sendiri. Termasuk membantu suami mengisi suara sebagai narator dalam video buatannya untuk bahan sosialisasi. Pokoknya semua dikerjakan sendiri meski dengan peralatan sederhana seadanya.
TERIMAKASIH RYAN AGUSTA
Youtuber Nak Ryan Agusta ternyata memiliki copyan iklan dimana aku ada sebagai salah satunya. Meski hanya sedetik. Terimakasih banyak ya Nak, Akhirnya saya bisa memutar ulang kenangan itu.
Saya bertanya-tanya, apakah kau salah satu putra dari salah seorang ibu yang ada di iklan itu?
Bahagianya menemukan iklan ini, setelah copy VCD Iklan Softener So Klin tahun 2003 saya lenyap oleh banjir rutin berlumpur setidaknya saya bisa menemukan kembali rekaman masa silam saya. Masa-masa yang identik dengan perjuangan hidup .
Meski filmnya tidak berwarna, tetap bagus ternyata.
Masa muda memang seharusnya diisi dengan perjuangan, karena di usia lolita (lolos lima puluh tahun) seperti sekarang enerji sudah mulai pudar. Saatnya kita memetik hasil jerih payah kita di masa muda. Kalau saja saat usia muda kita tak mau bersusah payah , lantas apa yang harus kita petik di usia senja?
Tahun 2003 efi mah baru selesai kuliah. Ga kerasa waktu berlalu ya. Emang paling enak nulis atau beresin kerjaan itu malam-malam. Tapi sekarang jarang banget bisa maksain melek sampai lewat dini hari. Waah tulisan-tulisannya yang menang lomba didokumentasikan ga,bu? Pengen baca nih.
BalasHapusNeng Efi Fitriyyah baru lulus kuliah ya waktu itu, Teteh udah jelang 40 tahun hehehe. Sejak dulu pasti Neng Efi imut d,lucu, cantik .... dan kreatip ...... iya kalau malam suasana memang hening, sejuk, mengalir
Hapuswaaah Neng Efi belum bobo ya..... tulisan dan resep masakan dll yg menang lomba didokumentasikan Neng. termasuk klipping tulisan di media cetak. Jaman baheula mah belum ada blog yang se meriah sekarang. .... Sekali-kali nanti di foto sekilas klippingnya... ngan eta kedah ngabongkar heula tumpukan... hehehe.. Hanupis Neng Efi parantos mampir
BalasHapusWow..pernah jadi bintang ikan ibu Cantik teh, keren banget, seorang ibu memang luar biasa yah, keren banget bu, mau dong lihat iklanny
BalasHapusHallo Cerita Bunda, blogmu apa namanya? mau lihat juga dong. Saya hanya main iklanbeberapa detik, karena para finalis ibu Softener SoKlin 2002 punya tugas main iklan gitu, kontrak setahun kalau tidak salah. Terimakasih Mak Cerita Bunda, Blogmu apa. Tuliskan di sini dong biar saya bisa berkunjung ke sana. Terimakasih ya sudah mampir ke sini
HapusCerita Bunda , wah keren blognya, bagus untuk mendampingi ibu-ibu muda yang tengah berjibaku mendidik dan membesarkan anak-anaknya jempol deh untuk http://www.ceritaanakbunda.com/2016/09/5-hal-yang-membuat-bunda-bahagia-anak.html nya
Hapuskeren banget sudah jadi bintang iklan :) ternyata menulis bisa menghasilkan ya mak
BalasHapusBetul Mak Indri, terutama dulu waktu dunia maya belum sebooming sekarang. Jadi kesempatan menulis di media cetak lebih banyak , dan honor juga bisa rutin kalau menulisnya rutin juga. Tapi sekarang ini media online dan blog memuat tulisan apapun bisa diperoleh lewat dunia maya. Era sudah berbeda. Terimakasih kunjungannya, salam
Hapus